Leadership and Gender

Oleh:

Elvi Robiatul Adawiyah
Wa.Ka Penelitian & Pengembangan KIRJAS

Leadership lekat dengan pradigma laki-laki, dan laki-laki adalah pemimpin dari semua organisasi, kenegaraan, hal-hal yang penting, peribadatan dan lain sebagainya. Namun disisi lain tanpa kita sadari ada makhluk lain yang layak untuk tidak diabaikan keberadaannya dan mempunyai potensi yang tidak kalah hebatnya dengan laki-laki yaitu perempuan. Makhluk yang bernama perempuan ini telah banyak mengukir sejarah diberbagai belahan dunia yang tidak mudah kita pungkiri eksistensinya sebagai pemimpin dibidangnya masing-masing. Beberapa kita ketahui juga bahwa para pahlawan Indonesia pun seorang putri pertiwi yang mampu berjuang, berperang dan juga menkonsep berbagai strategi dalam melawan penjajahan di bumi pertiwi.
Gender adalah suatu karakteristik manusia yang membedakan antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari sifat dasar manusia yang dibentuk oleh masyarakat. Perbedaan gender ini semakin menjadi-jadi ketika semakin banyaknya asumsi serta teori yang memojokan perempuan. Kesalahan ini kian berkepanjangan sehingga menjadikan kaum hawa semakin tertindas terutama pada zaman penjajahan Jepang hingga Belanda. Kemudian pradigma bahwa seorang perempuan dapat setara dengan laki-laki terutama dalam strata pendidikan telah dibangkitkan oleh pahlawan wanita Raden Ajeng Kartini sejak kurang lebih seratus tahun yang lalu dan mendapatkan hasil yang memuaskan dari jerih payahnya kini dimana semua perempuan Indonesia bisa menjadi seseorang yang sejati tanpa perbedaan gender.


Latar Belakang teori perbedaan gender :
Terbentuknya dan dibentuknya pemikiran bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan perlu dilindungi.
Sikap atau pembawaan dari perempuan.
Sifat dan aspek psikology perempuan.
Banyaknya teori yang memojokan perempuan.
Kesalahan penafsiran dari beberapa teori.
Asumsi-asumsi perda bias Syariat.
Adat-adat yang membentuk pemikiran tentang kelemahan perempuan.
Perbedaan gender merupakan penyakit yang tercipta dengan maksud dan kepentingan tertentu yang kadang tidak sinkron kita implikasikan dalam kehidupan kita diera globalisasi seperti sekarang ini, karena bisa kita ketahui sendiri tiada batas diantara negara satu dengan yang lain. Terbentuknya dan dibentuknya pemikiran bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah merupakan hal yang sudah berabad-abad terjadi dalam sejarah dunia ini merupakan efek dari beberapa hal yang menyangkut fisik dan psikologis perempuan yang kemudian dikaitkan dan menjadi sebuah asumsi yang melekat pada masyarakat hingga kini. Namun tanpa kita sadari tidak semua perempuan seperti yang ada dibenak mereka, banyak wanita yang punya kekuatan dan pembawaan yang mampu bersaing dengan individu lain bahkan laki-laki sekali pun. Banyak sekali teori dan peraturan yang seakan memojokan perempuan yang seharusnya dapat diberikan kesempatan yang sama dengan kaum lain. Teori ini sebetulnya banyak yang mengalami salah penafsiran dan diabaikan begitu saja. Perda bias syariat seakan menambah kekeliruan dan juga semakin memojokan kaum hawa. ini telah berlangsung disebuah daerah di Indonesia, dimana perda yang seharusnya mengayomi kaum hawa namun justru memojokan dan semakin terlihat timpang dalam membuat peraturan. Budaya timur yang mengindahkan setiap orang berlaku sopan santun dan basa-basi merupakan hal yang istimewa dan merupakan ciri khas dari budaya kita, namun kadang budaya dan adat tersebut seakan menjadikan tirai penghalang bagi perempuan dalam mencapai puncak tertingginya. Masih banyak sekali adat atau budaya yang ditularkan oleh orang tua kita bahwa perempuan tempatnya didapur, hanya untuk melayani. Asumsi tersebut kadang membebani perempuan yang ingin bukan sekedar menjadi pelengkap, kadang ia dipaksa tunduk pada adat yang ditularkan oleh orangtua dan menjadi slah satu sumber perbedaan gender.


Pemimpin perempuan telah ada sejak dahulu dan menghiasi berbagai macam belahan dunia dengan masing-masing bidang yang digelutinya, tidak bisa kita pungkiri mereka mempunyai talenta yang kuat dan dapat bersaing dengan kaum adam lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan gaya kepemimpinan perempuan yang dapat kita telaah dan pelajari sebagai pembelajaran adalah, sebagai berikut :
Cenderung memiliki lebih banyak melakukan kontak dengan atasan dan bawahan, guru dan murid.
Menghabiskan banyak waktu dengan para anggota komunitas dan dengan koleganya, walaupun mereka perempuan.
Lebih informal.
Peduli terhadap perbedaan-perbedaan individual murid.
Memandang posisinya sebagai seorang pemimpin pendidikan daripada seorang manajer, dan melihat kerja sebagai suatu pelayanan terhadap komunitas.
Terdapat suatu sikap kurang menerima terhadap para pemimpin perempuan dari pada laki-laki. Oleh karenanya, para pemimpin perempuan hidup dalam dunia yang terpendam dan gelisah.
Mendapatkan kepuasan yang banyak dari instruksi supervisi dan sementara laki dari adminsitrasi.
Tampil lebih sopan dan tentatif yang cenderung sederhana dalam memberikan statemen.
Cenderung lebih menggunakan model manajemen partisipatoris, dan menggunakan strategi-strategi kolaboratif dalam menyelesaikan konflik
(Shakeshaft (1989) berdasarkan hasil peninjauan ulang penelitian di Amerika Serikat)
Dari penelitian diatas dapat kita ketahui keunggulan perempuan jika menjadi seorang pemimpin dan pengambil keputusan jika dibandingkan kaum adam. Walaupun banyak orang berpendapat bahwa aspek yang menjadi kelemahan perempuan dalam menjadi pemimpin adalah perasaannya dalam menyikapi permasalahan atau pengambilan keputusan, namun dalan penjelasan diatas merupakan aspek keunggulan perempuan dari aspek perasaan. Seorang pemimpin perempuan tersebut akan banyak kontak dengan bawahannya demi mengenal kepribadian dan mampu bergaul dengan baik dengan bawahan tersebut, ia pasti selalu akan memperhatikan hubungannya dengan bawahan bukan soal sukses atau tidaknya suatu tujuan namun juga memperhatikan aspek psikologis dari orang lain tersebut. Keunggulan lainnya adalah ia paham jenis-jenis kepribadian yang dimiliki oleh anggota kelompoknya dan cenderung setia dalam mengemban posisinya. Tapi, disisi lain perasaan yang halus tersebut kadang dianggap sebagian orang sebagai suatu kelemahan dalam memimpin

Sebenarnya perlukah setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan, apabila semua orang ingin menjadi pemimpinan apakah yang akan terjadi? Dan bagaimanakah jika tiada satu pun orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dimuka bumi ini? Mungkin banyak pertanyaan yang timbul dibenak kita mengenai hal tersebut dan sampai akhirnya kita juga berfikir biarkan orang lain saja lah yang menjadi pemimpin. Hal tersebut merupakan pemikiran yang salah, sebetulnya kepemimpinan itu layak dan perlu bagi setiap orang bukan soal ia memimpin dan mempengaruhi berapa banyak orang, namun lebih kepada bagaimana ia memimpin dirinya bagi peradaban manusia, karena seseorang yang lemah dalam leadership akan cenderung sulit dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan. Diantara manfaat dari jiwa kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan
2. Memberi dorongan dan semangat pada anggota
3. Mengambil keputusan
4. Mengembangkan informasi
5. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
Dewasa ini telah banyak model pengembangan dari pelatihan kepemimpinan dikarenakan telah sadarnya masyarakat tentang pentingnya jiwa kepemimpinan sejak dini, banyak pula beberapa sekolah yang telah menerapkan kepemimpinan ini dalam kurikulum. Selain dari instansi formal instansi informal sesungguhnya juga menyediakan kegiatan yang memberikan pengalaman dan pembelajaran tentang kepemimpinan tersebut. Bukan hanya laki-laki yang akan menjadi seorang pemimpin dalam keluarganya namun juga perempuan yang akan mendidik anak-anaknya untuk menjadi pemimpin peradaban kelak, oleh sebab itu maka pentinglah baik laki-laki atau pun perempuan dalam melatih dan mengasah aspek kepemimpinanya.

Banyaknya kaum perempuan yang menghiasi rancah dunia kepemimpinan di berbagai belahan dunia menjadikan banyak pihak memberikan julukan bagi beberapa perempuan tersebut diantaranya adalah Wanita Besi adalah sebuah julukan yang biasa digunakan untuk berbagai kepala pemerintahan perempuan di dunia yang menggambarkan wanita dengan pendirian dan kemauan kuat. Beberapa pemimpin yang mendapatkan julukan ini antara lain
IndiraGandhi, Perdana Menteri India menjabat 1966 - 1977 dan 1980 - 1984
Golda Meir, Perdana Menteri Israel menjabat 1969 - 1974
Margaret Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya menjabat 1979 - 1990
Angela Merkel, Kanselir Jerman menjabat sejak 2005
Ellen Johnson-Sirleaf, Presiden Liberia menjabat sejak 2006


Selain wanita besi sebetulnya banyak perempuan lain yang juga tidak kalah pamornya diantaranya adalah Mega Wati Soekarno Putri, Cut Nyak Din, R. A Kartini yang semua adalah para putri pertiwi yang berjuang dan mampu bersaing serta kuat selayaknya kaum laki-laki. Mereka hanya segelintir perempuan hebat dan kuat namun selain mereka masih banyak lagi perempuan-perempuan yang hebat dan kuat yang mampu bersaing dengan kaum laki-laki dan patut diperhitungkan keberadaannya. Mega Wati merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden R.I, lalu Cut Nyak Din merupakan pejuang yang tangguh yang dapat memimpin perang gerilnya melawan para penjajaha bersama-sama dengan kaum laki-laki dan yang terakhir adalah R. A Kartini yaitu seorang pejuang wanita yang memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan Indonesia


Dipenghujung materi saya hanya ingin menyampaikan sebuah kata yang mungkin dapat sedikit menyederhanakan pradigma bagi kita semua tentang kepemimpinan khusunya perempuan.


0 komentar: