PENGGALIAN POTENSI DAERAH DAN PENANAMAN PENDIDIKAN

Indonesia adalah Bangsa yang lekat dengan fenomena. Dimulai dari fenomena alam, sampai fenomena yang terjadi di sekitar mayarakat. Seperti fenomena moral, ekonomi, politik dan sosial. Fenomena-fenomena tersebut ada yang tergolong baik ataupun tidak. Faktaya, kebanyakan kasus yang terjadi di masyarakat adalah sesuatu yang kurang mengenakkan. Terutama dikalangan masyarakat golongan bawah yang dikategorikan kurang mampu. Kesenjangan yang terjadi di mana-mana memunculkan suatu fenomena sosial pada masyarakat Indonesia.

Membludaknya penduduk yang terdapat dikota-kota besar seperti ibukota dan sekitarnya membuat SDM-SDM yang berkualitas, serta perekonomian hanya berpusat di tempat-tempat tersebut. Akibatnya kota-kota besar tersebut semakin padat, dan daerah-daerah terpencil semakin tidak tersentuh. Padahal kunci dari kemajuan suatu negara adalah pemerataan. Dengan pengoptimalisasian semua sector di seluruh wilayah. Sehingga penduduk di seluruh wilayah Negara tersebut dapat makmur dan sejahtera.

Sangat disayangkan karena Negara Indonesia belum bisa menjadi Negara yang maju dikarenakan banyaknya wilayah yang dimiliki, namum belum dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Bahkan tidak sedikit yang belum tersentuh dan juga terabaikan. Padahal, apabila kita mau menggali sumber daya-sumber daya dari daerah local yang masih belum tersentuh, maka hal ini merupakan langkah pasti untuk memajukan Negara Indonesia. Kita bisa menunjukan kepada dunia Intrernasional, bahwa Negara Indonesia adalah Negara besar yang kaya akan Sumber Daya dan dapat mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki secara menyeluruh.

Upaya-upaya yang harus segera dilakukan:

Hal utama yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan daerah terpencil adalah mendirikan paguyuban sebagi wadah untuk menjalankan program-program berikutnya. Mengapa paguyuban? Karena mayoritas daerah yang masih belum terjangkau adalah pedesaan yang letaknya di pelosok wilayah. Kebanyakan dari mereka masih menganut system gotong royong, karena berbass kekeluargaan. Pengertian dari paguyuban sendiri adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan organis. Sebagaimana dapat diumpakamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan.

Upaya kedua untuk membenahi daerah tersebut, yaitu dengan memperkenalkan sekaligus memberikan pendidikan kepada para penduduk. Karena mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang menentukan martabat atau kemajuan suatu bangsa. Kemudian memperhatikan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja (Schultz, 1960).

Senada dengan Renstra Depdiknas tahun 2005-2009, peningkatan peran pendidikan ditekankan pada upaya : 1. Perluasan dan Pemerataan Pendidikan 2. Mutu dan Relevansi Pendidikan dan 3. Governance dan Akuntabilitas. Ketiga program tersebut merupakan upaya untuk pembangunan pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah Indonesia, sehingga ketinggalan dibindang peningkatan mutu SDM bisa ditingkatkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan diantara negara-negara Asia Pasifik.

Oleh karena itulah, bangsa yang maju akan selalu menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya. Pendidikan juga merupakan sebuah cara yang paling efektif untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang professional dan capable. Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya SDM Indonesia merupakan komoditas unggulan bagi pemasukan devisa Negara denga melahirkan tenaga kerja yang terampil, handal dan mampu berkompetisi secara global. Selain itu pendidikan merupakan jaminan medium untuk merubah paradigma dan mental model masyarakat untuk bergerak maju (envolving) menata dan membentuk system kehidupan bernegara yag lebih baik.

Langkah kemudian setelah paguyuban berdiri, adalah membenahi permasalahan pendidikan di daerah tersebut. Karena bangkitnya masyarakat dari keterpurukan dimulai dari beberapa orang yang memiliki wawasan dan gagasan cemerlang. Indonesia tidak bisa lepas dari keterpurukan jika pendidikannya masih berada di urutan ke 37 dari 57 Negara di dunia yang pernah di survey (The World Economic Forum Swedia, 2000).

Upaya pemberian pendidikan ini berlaku bagi seluruh penduduk di daerah tersebut. Bagi para penduduk daerah yang sampai sekarang masih banyak belum mengenyam pendidikan, maka program pendidikan dimulai dari penduduk yang berusia dibawah 15 tahun (belum memasuki usia angkatan kerja) akan diberikan pendidikan formal dasar seperti di bangku SD dan SMP.

Kemudian bagi para penduduk yang sudah memasuki angkatan kerja, namun belum pernah mengenyam pendidikan. Mereka akan diberikan pendidikan kewirausahaan yang berbasis sosial atau Social Enterpreneurship. Mengingat, pendidikan dini untuk menanamkan sifat Social Entrepreneurship ini perlu segera digagas dan diformalkan agar bisa menjadi mental dan attitude generasi penerus nanti, dimana persaingan usaha dan pekerjaan akan semakin sengit, kehadiran para Social Entrepreneurship akan dirasa bisa memberikan suatu perubahan iklim sosial ekonomi yang berpihak pada rakyat dan memberikan peluang-peluang baru bagi masyarakat secara umum dan masyarakat strata ekonomi kecil secara khusus.

Bagi para ibu, dan juga wanita yang sudah memasuki usia kerja, akan diberikan pendidikan untuk mengelola koperasi. Tujuan didirikannya koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional. Di koperasi ini, para ibu juga diajarkan untuk menekuni berbagai kerajinan, yang nantinya digunakan untuk modal koperasi, dan simpan-pinjam penduduk. Keuntungan yang didapatkan penduduk sebagian disetorkan ke koperasi. Kemudian akan digunakan untuk perputaran modal usaha seluruh penduduk di daerah tersebut.

Daftar Pustaka

http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/04/13/social-entrepreneurship/ (diakses pada tanggal 14 Maret 2012 pada pukul 22:47)

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_sosiologi_dan_ilmu_sosial_dasar/bab4_kelompok_sosial.pdf

(diakses pada tanggal 17 Maret 2012 pukul 21:50)

Majalah ACTION edidi VIII/Febuari-Maret 2012

Akta Notaris pendiria Koperasi aman dan Sejahtera (Kodemas.com diakses pada tanggal 17 Maert 2012 pukul 21:13 )

Dodi Nandika. 2005. Kebijakan Pembangunan Pendidikan 2005-2009. Bandung UPI.

Cohn. Elchanan, 1979. The Economics Of Education, Ballinger Publishing Selengkapnya...

KIRJAS FAMILY GATHERING “KESEDERHANAAN DALAM HARI JADI 6th”

Lama tak terdengar rangkaian acara, awal 2012 KIRJAS mengadakan sebuah syukuran untuk memperingati hari jadi yang ke enam tahun. Mengusung acara pertemuan silaturahmi antara sekolah anggota dan pengurus maka acara dilaksanakan di SMK N 20 Jakarta. SMK N 20 Jakarta adalah sekolah SMK N satu-satunya yang telah bergabung menjadi pengurus KIRJAS sejak tiga tahun yang lalu. Maka tahun ini family gathering untuk meningkatkan rasa saling memiliki dan kekeluargaan para anggota KIRJAS acara diadakan disalah satu sekolah anggota. Selain silaturahmi KIRJAS Family gathering juga merupakan perealisasian dari KIRJAS goes to school.

Acara yang dihadiri oleh tujuh puluh anggota dan alumni KIRJAS ini memiliki dua training unggulan yang disuguhkan dan beberapa acara lainnya. Acara Training pertama adalah motivasi organisasi yang disampaikan oleh Kak Rezky Daniel dari STAN. Training motivasi masih menjadi primadona dikalangan teman-teman dan kerabat KIRJAS karena setiap kelelahan melanda para organisator, motivasi mutlak diperlukan. Pemaparan disampaikan selama satu jam dengan sesi tanya jawab dengan trainer.


Training yang kedua disampaikan oleh kak Andy Setyawan, S.Hum yg berjudul RESOURCES LITERACY. Jenis training kedua adalah variasi training edukasi dan membuka wawasan para kerabat KIRJAS tentang passion dan expertifitas pemuda. Menggali potensi lain dari sumberdaya yang dimiliki secara lahiriah dan natural melalui pemikiran yang berbeda. Meskipun materi yang disampaikan cukup berat dan menyita pemikiran, namun satu jam berlalu kiranya memberikan sedikit sentilan untuk lebih mencaritahu potensi diri dari rekan-rekan sekalian.



Selain training family gathering juga bertujuan untuk memperkenalkan tiga kandidat calon ketua KIRJAS. Mereka adalah Saudari Dini Hanifah dari SMA N 55 Jakarta, Yayuk Winarsih dari SMK N 20 Jakarta dan terakhir adalah Tety Sumarni dari SMA N 90 Jakarta. Ketiga kandidat calon ketua KIRJAS adalah anggota KIRJAS yang telah berkecimpung dalam oraganisasi keilmiahan ini selama tiga tahun. Mereka merupakan alumni LKIR JAKSEL tahun 2009-2011. Ketiganya telah memiliki penelitian dibidangnya masing-masing. Kandidat ini telah melalui seleksi dan terakhir akan dilakukan seleksi karya ilmiah dan voting dari seluruh anggota dan alumni KIRJAS. Pemilihan ini akan dilakukan dibulan selanjutnya.

Acara puncak dari perayaan ini adalah pemotongan kue yang dilakukan oleh seluruh pengurus dan alumni KIRJAS.




Selengkapnya...