Mari Belajar Dari Binatang

Andy Setyawan
Production Management PT Global TV
Ka. Dewan Perintis KIRJAS

Kadang kita sebagai manusia sering menganggap diri kita adalah makhluk yang paling sempurna, makhluk yang paling pintar, dan makhluk yang bisa menguasai apapun yang ada di dunia ini. Tanpa kita sadari sering kita menganggap diri kita sebagai penguasa dunia ini (setidaknya sebagai penguasa atas apa yang kita miliki, tubuh, harta benda, keluarga, dll), dan implikasi dari perilaku menguasai ini adalah pengintervensian kepada makhluk lain. Beberapa sifat dan prilaku kita mencerminkan ketidak berdayaan kita terhadap diri kita sendiri untuk memenuhi apa yang tidak bisa kita penuhi, sehingga mengandalkan orang lain untuk melakukannya. Atau dilain sisi menggambarkan keangkuhan kita untuk memiliki sesuatu tanpa mau berbagi dengan orang lain, dan karena takut apa yang kita miliki direnggut oleh orang lain.
Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk dihuni oleh makhluknya yang sempurna yang bernama “manusia”. Tidak hanya manusia, Tuhan juga melengkapi dengan dua makhluk lainnya dengan tujuan untuk membantu dan “dimanfaatkan” oleh manusia, kedua makhluk itu adalah binatang dan tumbuhan. Dalam kitab suci (Islam) dijelaskan term bahwa manusia adalah makhluk paling tinggi derajatnya di muka bumi ini dibanding kedua makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Statement ini dirasa dapat dijelaskan secara ilmiah karena manusia merupakan organisme paling kompleks (struktur anatomi) dan memiliki otak dengan kemampuan untuk berpikir. Hal ini tentu sangat berbeda dengan kedua makhluk ciptaan Tuhan yang lain yang diciptakan Tuhan dengan hanya mengandalkan insting untuk bertahan hidup.
Selama hampir 2 tahun ini saya melakukan kajian tentang urgensi kebermanfaatan ketiga makhluk tersebut setidaknya untuk 3 hal dan dimensi: bumi, sesama makhluk hidup lain, dan historisitas. Dan di antara ketiga hal atau dimensi tersebut analisa saya manusia tidak menempati strata pertama dari segi kebermanfaatan dalam ke tiga dimensi tersebut. Saya akan berikan contoh sederhana:
1. Lebah menghasilkan madu yang dapat digunakan manusia untuk menjaga fitalitas.
2. Ulat Sutra menghasilkan benang dengan kualitas tinggi, yang bermanfaat bagi manusia untuk menunjukkan derajat kekayaan.
3. Domba rela kedinginan karena bulunya di kuliti untuk memenuhi kebutuhan sandang manusia.
4. Sapi rela mengorbankan nyawa hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.
5. Bahkan hewan yang sering kita anggap menjijikkan “cacing” membantu menyuburkan tanah agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik.
6. Dan kadang kita suka lupa jika hewan dengan struktur yang sederhana seperti bakteri pengurai sangat berperan untuk menguraikan kotoran kita.
7. Kupu-kupu yang selama ini kita anggap hanya sebagai binatang estetika, ternyata merupakan indikator kebersihan lingkungan.
Beberapa contoh di atas adalah sekelumit manfaat binatang bagi kita manusia. Statement saya tentang strata manusia yang tidak bisa berada di atas, sedikit mulai terjawab di sini. Milyaran manusia di dunia ini tapi yang bisa memberikan manfaat bagi makhluk lain tidak lebih dari 5%-nya, dan selebihnya hanya mampu bergantung pada kedua makhluk lainnya. Ketika ada beberapa binatang yang rela mengorbankan diri (sapi, ayam, ikan) lalu apakah kita mampu mengorbankan diri kita untuk kemaslahatan makhluk hidup lain (analogi tidak berarti mengorbankan diri sama dengan kanibal).
Jika sebagian dari kita menganggap bahwa kita adalah makhluk paling bermanfaat bagi kelangsungan dunia dan kelangsungan hidup makhluk hidup di muka bumi ini. Lalu bagaimana dengan penyebab global warming yang kini gencar dikampanyekan?, bagaimana dengan nasib beberapa species yang musnah karena perburuan liar?, bagaimana nasib para penyandang cacat akibat industrialisasi di China?, dan bagaimana dengan bagaimana-bagaimana yang lain?. Bahkan untuk menjaga spesies kita (manusia) kita belum mampu. Kita sebagai manusia cenderung egoisentris dan dan hanya mementingkan kelangsungan hidup kita sendiri saja.

Jika anda mulai setuju dengan argumen saya, mari kita mulai mempertanyakan derajat akal budi dibanding insting. Saya pikir kita sepakat bahwa tingkat akal budi jauh lebih tinggi dibandingkan insting, jika insting hanya mampu memberikan perintah untuk “iya” atau “tidak” untuk melakukan sesuatu. Maka, akal budi mampu memberikan suatu implikasi (dampak) bagi keputusan atau tindakan yang kita perbuat. Jika kita memahami perbedaan di antara keduanya adalah seperti itu, lalu bagaimana dengan peran fungsi otak tersebut terkait pengimplementasian (laku dan sifat). Dari penjabaran saya di atas bahwa makhluk yang hanya mengandalkan insting merupakan makhluk yang dalam kenyataannya jauh lebih bermanfaat bagi makhluk lain. Lalu, apakah kita telah salah menempatkan akal budi pada tingkatan yang jauh lebih tinggi dibanding insting?. Jawabannya adalah “tidak” struktur akal budi merupakan komponen paling kompleks yang mampu bekerja lebih baik, dan lebih banyak dibandingkan insting. Perbedaannya adalah ketika binatang menggunakan insting untuk mekanisme kelangsungan hidup (walau terkadang semua tindakan insting terdorong oleh nafsu), sedang manusia menggunakan nafsu (hasrat yang berlebihan) pada tataran akal budi. Akal budi kita sering dikacaukan dengan perang nafsu (insting untuk berbuat berlawanan dengan akal budi) yang berakibat tindakan kita adalah segala tindakan yang berujung pada egoisentris dan sentimen pribadi.



Di penghujung akhir, setidaknya saya menyimpulkan bahwa pada dasarnya Setiap makhluk, dan setiap apapun kita pasti melakukan sesuatu. Sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki 4 dampak
1. Bermanfaat untuk kita
2. Bermanfaat untuk orang lain
3. Merugikan diri kita sendiri
4. Merugikan orang lain
Ke empat implikasi tersebut di atas, hanya kita yang dapat menentukannya, dan lagi-lagi peran akal budi dituntut untuk membuat keputusan yang terbaiki bagi diri sendiri, makhluk lain, dan alam. Selengkapnya...

Hajatan KIRJAS Sambut International Year of Chemistry (IYC) 2011

New York, Paris, 30 December 2008 - The 63rd General Assembly of the United Nations has adopted a resolution proclaiming 2011 as International Year of Chemistry, placing UNESCO and the International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) at the helm of the event.

Ethiopia submitted the U.N. resolution calling for the Year, which will celebrate the achievements of chemistry and its contributions to the well-being of humanity. The Year will also draw attention to the UN Decade of Education for Sustainable Development 2005-2014. National and international activities carried out during 2011 will emphasize the importance of chemistry in sustaining natural resources.

Chemistry is fundamental to our understanding of the world and the cosmos. Moreover, molecular transformations are central to the production of food, medicines, fuel, and countless manufactured and extracted products. Through the Year, the world will celebrate the art and science of chemistry, and its essential contributions to knowledge, to environmental protection and to economic development.

“The International Year of Chemistry will give a global boost to chemical science in which our life and our future are grounded. We hope to increase the public appreciation and understanding of chemistry, increase young people’s interest in science, and generate enthusiasm for the creative future of chemistry,” declared the President of the International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), Professor Jung-Il Jin.

“I welcome the opportunity to celebrate chemistry, one of the fundamental sciences,” said the Director-General of UNESCO, Koïchiro Matsuura. “Raising public awareness about chemistry is all the more important in view of the challenges of sustainable development. It is certain that chemistry will play a major role in developing alternative energy sources and in feeding the world’s growing population,” he added.

The year 2011, the 100th anniversary of the award of the Nobel Prize in chemistry to Mme Maria Sklodowska Curie, will also provide an opportunity to celebrate the contribution of women to science. The Year also marks the 100th anniversary of the founding of the International Association of Chemical Societies (IACS), which was succeeded by IUPAC a few years later. IACS and IUPAC were established to address the needs for international scientific communication and cooperation among chemists by standardizing nomenclature and terminology.

In 2007, the IUPAC Council unanimously endorsed the plan to obtain the proclamation of 2011 as the International Year of Chemistry. Less than a year later, UNESCO’s Executive Board recommended the adoption of such a resolution which was submitted by Ethiopia and agreed to support all efforts leading the UN General Assembly to declare 2011 the International Year of Chemistry.

****

IUPAC was formed in 1919 by chemists from industry and academia. For nearly 90 years, the Union has succeeded in fostering worldwide communications in the chemical sciences and in uniting academic, industrial and public sector chemistry in a common language. IUPAC is recognized as the world authority on chemical nomenclature, terminology, standardized methods for measurement, atomic weights and more. In recent years, IUPAC has been pro-active in establishing a wide range of conferences and projects designed to promote and stimulate modern developments in chemistry, and also to assist in aspects of education and public understanding of chemistry. More information about IUPAC and its activities is available at www.iupac.org.


UNESCO, founded in November 1945 as a specialized agency of the United Nations, contributes to the building of peace, the alleviation of poverty, to sustainable development and intercultural dialogue through education, science, culture, and communication. In fulfilling its mission, UNESCO functions as a laboratory of ideas and a standard-setter to forge universal agreements on emerging ethical issues. The Organization also serves as a clearinghouse – for the dissemination and sharing of information and knowledge – while helping Member States to build their human and institutional capacities in diverse fields. Through these activities, UNESCO promotes international co-operation among its 193 Member States and six Associate Members. Its programmes in natural sciences focus on mobilizing science knowledge and policy for sustainable development in the areas of basic sciences, science education, ecological and earth sciences, water sciences and climate change. More information about UNESCO and its activities in the natural sciences is available at www.unesco.org/science

Jung-Il Jin
IUPAC President
Tel : +82 2 3290 3123
E-mail: jijin@korea.ac.kr
c/o IUPAC Secretariat
Tel.: +1 919 485 8700
E-mail: secretariat@iupac.org



Kabar gembira buat semua pecinta kimia, karena satu tahun mendatang tepatnya tahun 2011 dinobatkan sebagai Tahun Internasional Kimia 2011 (International Year of Chemistry – IYC 2011 – Our Life , Our Future, http://www.chemistry2011.org/). Gagasan Tahun Internasional Kimia 2011 ini pertama kali dicanangkan pada bulan Agustus 2007 pada pertemuan umum The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) di Turin Italia. Gagasan ini ternyata disambut baik oleh dewan PBB dan pada pertemuan PBB bulan Desember 2008, IUPAC dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyetujui untuk merayakan tahun 2011 sebagai Tahun Internasional Kimia. Tahun 2011 juga bertepatan dengan peringatan 100 tahun penghargaan Nobel Prize Kimia untuk Mme Maria Sklodowska Curie, yang berarti juga peringatan akan kontribusi wanita ke ilmu sains.

Peranan kimia dalam kehidupan manusia begitu penting, seluruh materi baik padat, larutan dan gas tersusun dari berbagai unsur-unsur kimia dan bahkan seluruh proses kehidupan ditentukan oleh berbagai reaksi kimia. IUPAC dan UNESCO menyadari sudah saatnya untuk memperingati keberhasilan kimia dan sumbangannya bagi kehidupan manusia.

“Tahun Internasional Kimia akan meningkatkan apresiasi global terhadap perkembangan ilmu kimia dalam kehidupan kita dan masa depan kita. Saya berharap peringatan ini dapat meningkatkan kepedulian publik terhadap kimia dan meningkatkan ketertarikan kaum muda akan ilmu sains serta memberikan masa depan yang cerah bagi masa depan kimia”, sambutan dari Ketua the International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), Professor Jung-Il Jin pada pertemuan PBB.

Saya menyambut kesempatan untuk memperingati kimia sebagai salah satu dasar dari ilmu sains,” ujar Koichiro Matsuura, Direktur Umum UNESCO, “Meningkatkan kepedulian publik terhadap kimia adalah suatu hal yang sangat penting dalam rangka menjawab tantangan pembangunan yang berkesinambungan. Adalah hal yang mutlak bahwa kimia berperan penting dalam membangun sumber alternatif energi dan menghidupi populasi dunia yang terus berkembang” tambahnya.

Dalam memperingati Tahun Internasional Kimia 2011 akan direncanakan berbagai aktivitas dan event baik regional, nasional dan internasional yang didukung baik dari asosiasi kimia nasional, institusi edukasi, industri, pemerintahan dan organisasi non-pemerintahan. Aktivitas dan event ini berusaha memperkenalkan kepada publik luas tentang peranan kimia, memberikan solusi terhadap tantangan global, dan membangun generasi muda yang peduli terhadap sains.

(Soetrisno, www.chem-is-try.org)

Oleh Karena itu, kami Kelompok Ilmiah Remaja Jakarta Selatan (KIRJAS) bermaksud untuk ikut meramaikan peringatan International Year of Chemistry di Indonesia dengan menyelenggaranak event-event bernuansa pengeksplorasian dunia kimia. Beberapa kegiatan yang yang akan diselenggarakan tahun depan adalah:
  1. LPKS 3 2011 (Lomba Program Kreativitas Siswa) dg tema "create a great chemistry symposium.
  2. Simposium Nasional Kimia Molekuler
  3. LDP (Latihan Dasar Penelitian) dg tema "Kimia & Lingkungan Hidup)
  4. Secangkir Kopi "Membongkar Misteri-Misteri Kimia dalam Kehidupan Sehari-Hari" bersama pakar-pakar Kimia dr Puspitek Serpong
So..tetap update perkembangan Hajatan Kimia ini,,di FB kirjas..kir-jaksel@yahoo.com

Selengkapnya...

Leadership and Gender

Oleh:

Elvi Robiatul Adawiyah
Wa.Ka Penelitian & Pengembangan KIRJAS

Leadership lekat dengan pradigma laki-laki, dan laki-laki adalah pemimpin dari semua organisasi, kenegaraan, hal-hal yang penting, peribadatan dan lain sebagainya. Namun disisi lain tanpa kita sadari ada makhluk lain yang layak untuk tidak diabaikan keberadaannya dan mempunyai potensi yang tidak kalah hebatnya dengan laki-laki yaitu perempuan. Makhluk yang bernama perempuan ini telah banyak mengukir sejarah diberbagai belahan dunia yang tidak mudah kita pungkiri eksistensinya sebagai pemimpin dibidangnya masing-masing. Beberapa kita ketahui juga bahwa para pahlawan Indonesia pun seorang putri pertiwi yang mampu berjuang, berperang dan juga menkonsep berbagai strategi dalam melawan penjajahan di bumi pertiwi.
Gender adalah suatu karakteristik manusia yang membedakan antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari sifat dasar manusia yang dibentuk oleh masyarakat. Perbedaan gender ini semakin menjadi-jadi ketika semakin banyaknya asumsi serta teori yang memojokan perempuan. Kesalahan ini kian berkepanjangan sehingga menjadikan kaum hawa semakin tertindas terutama pada zaman penjajahan Jepang hingga Belanda. Kemudian pradigma bahwa seorang perempuan dapat setara dengan laki-laki terutama dalam strata pendidikan telah dibangkitkan oleh pahlawan wanita Raden Ajeng Kartini sejak kurang lebih seratus tahun yang lalu dan mendapatkan hasil yang memuaskan dari jerih payahnya kini dimana semua perempuan Indonesia bisa menjadi seseorang yang sejati tanpa perbedaan gender.


Latar Belakang teori perbedaan gender :
Terbentuknya dan dibentuknya pemikiran bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan perlu dilindungi.
Sikap atau pembawaan dari perempuan.
Sifat dan aspek psikology perempuan.
Banyaknya teori yang memojokan perempuan.
Kesalahan penafsiran dari beberapa teori.
Asumsi-asumsi perda bias Syariat.
Adat-adat yang membentuk pemikiran tentang kelemahan perempuan.
Perbedaan gender merupakan penyakit yang tercipta dengan maksud dan kepentingan tertentu yang kadang tidak sinkron kita implikasikan dalam kehidupan kita diera globalisasi seperti sekarang ini, karena bisa kita ketahui sendiri tiada batas diantara negara satu dengan yang lain. Terbentuknya dan dibentuknya pemikiran bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah merupakan hal yang sudah berabad-abad terjadi dalam sejarah dunia ini merupakan efek dari beberapa hal yang menyangkut fisik dan psikologis perempuan yang kemudian dikaitkan dan menjadi sebuah asumsi yang melekat pada masyarakat hingga kini. Namun tanpa kita sadari tidak semua perempuan seperti yang ada dibenak mereka, banyak wanita yang punya kekuatan dan pembawaan yang mampu bersaing dengan individu lain bahkan laki-laki sekali pun. Banyak sekali teori dan peraturan yang seakan memojokan perempuan yang seharusnya dapat diberikan kesempatan yang sama dengan kaum lain. Teori ini sebetulnya banyak yang mengalami salah penafsiran dan diabaikan begitu saja. Perda bias syariat seakan menambah kekeliruan dan juga semakin memojokan kaum hawa. ini telah berlangsung disebuah daerah di Indonesia, dimana perda yang seharusnya mengayomi kaum hawa namun justru memojokan dan semakin terlihat timpang dalam membuat peraturan. Budaya timur yang mengindahkan setiap orang berlaku sopan santun dan basa-basi merupakan hal yang istimewa dan merupakan ciri khas dari budaya kita, namun kadang budaya dan adat tersebut seakan menjadikan tirai penghalang bagi perempuan dalam mencapai puncak tertingginya. Masih banyak sekali adat atau budaya yang ditularkan oleh orang tua kita bahwa perempuan tempatnya didapur, hanya untuk melayani. Asumsi tersebut kadang membebani perempuan yang ingin bukan sekedar menjadi pelengkap, kadang ia dipaksa tunduk pada adat yang ditularkan oleh orangtua dan menjadi slah satu sumber perbedaan gender.


Pemimpin perempuan telah ada sejak dahulu dan menghiasi berbagai macam belahan dunia dengan masing-masing bidang yang digelutinya, tidak bisa kita pungkiri mereka mempunyai talenta yang kuat dan dapat bersaing dengan kaum adam lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan gaya kepemimpinan perempuan yang dapat kita telaah dan pelajari sebagai pembelajaran adalah, sebagai berikut :
Cenderung memiliki lebih banyak melakukan kontak dengan atasan dan bawahan, guru dan murid.
Menghabiskan banyak waktu dengan para anggota komunitas dan dengan koleganya, walaupun mereka perempuan.
Lebih informal.
Peduli terhadap perbedaan-perbedaan individual murid.
Memandang posisinya sebagai seorang pemimpin pendidikan daripada seorang manajer, dan melihat kerja sebagai suatu pelayanan terhadap komunitas.
Terdapat suatu sikap kurang menerima terhadap para pemimpin perempuan dari pada laki-laki. Oleh karenanya, para pemimpin perempuan hidup dalam dunia yang terpendam dan gelisah.
Mendapatkan kepuasan yang banyak dari instruksi supervisi dan sementara laki dari adminsitrasi.
Tampil lebih sopan dan tentatif yang cenderung sederhana dalam memberikan statemen.
Cenderung lebih menggunakan model manajemen partisipatoris, dan menggunakan strategi-strategi kolaboratif dalam menyelesaikan konflik
(Shakeshaft (1989) berdasarkan hasil peninjauan ulang penelitian di Amerika Serikat)
Dari penelitian diatas dapat kita ketahui keunggulan perempuan jika menjadi seorang pemimpin dan pengambil keputusan jika dibandingkan kaum adam. Walaupun banyak orang berpendapat bahwa aspek yang menjadi kelemahan perempuan dalam menjadi pemimpin adalah perasaannya dalam menyikapi permasalahan atau pengambilan keputusan, namun dalan penjelasan diatas merupakan aspek keunggulan perempuan dari aspek perasaan. Seorang pemimpin perempuan tersebut akan banyak kontak dengan bawahannya demi mengenal kepribadian dan mampu bergaul dengan baik dengan bawahan tersebut, ia pasti selalu akan memperhatikan hubungannya dengan bawahan bukan soal sukses atau tidaknya suatu tujuan namun juga memperhatikan aspek psikologis dari orang lain tersebut. Keunggulan lainnya adalah ia paham jenis-jenis kepribadian yang dimiliki oleh anggota kelompoknya dan cenderung setia dalam mengemban posisinya. Tapi, disisi lain perasaan yang halus tersebut kadang dianggap sebagian orang sebagai suatu kelemahan dalam memimpin

Sebenarnya perlukah setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan, apabila semua orang ingin menjadi pemimpinan apakah yang akan terjadi? Dan bagaimanakah jika tiada satu pun orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dimuka bumi ini? Mungkin banyak pertanyaan yang timbul dibenak kita mengenai hal tersebut dan sampai akhirnya kita juga berfikir biarkan orang lain saja lah yang menjadi pemimpin. Hal tersebut merupakan pemikiran yang salah, sebetulnya kepemimpinan itu layak dan perlu bagi setiap orang bukan soal ia memimpin dan mempengaruhi berapa banyak orang, namun lebih kepada bagaimana ia memimpin dirinya bagi peradaban manusia, karena seseorang yang lemah dalam leadership akan cenderung sulit dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan. Diantara manfaat dari jiwa kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan
2. Memberi dorongan dan semangat pada anggota
3. Mengambil keputusan
4. Mengembangkan informasi
5. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
Dewasa ini telah banyak model pengembangan dari pelatihan kepemimpinan dikarenakan telah sadarnya masyarakat tentang pentingnya jiwa kepemimpinan sejak dini, banyak pula beberapa sekolah yang telah menerapkan kepemimpinan ini dalam kurikulum. Selain dari instansi formal instansi informal sesungguhnya juga menyediakan kegiatan yang memberikan pengalaman dan pembelajaran tentang kepemimpinan tersebut. Bukan hanya laki-laki yang akan menjadi seorang pemimpin dalam keluarganya namun juga perempuan yang akan mendidik anak-anaknya untuk menjadi pemimpin peradaban kelak, oleh sebab itu maka pentinglah baik laki-laki atau pun perempuan dalam melatih dan mengasah aspek kepemimpinanya.

Banyaknya kaum perempuan yang menghiasi rancah dunia kepemimpinan di berbagai belahan dunia menjadikan banyak pihak memberikan julukan bagi beberapa perempuan tersebut diantaranya adalah Wanita Besi adalah sebuah julukan yang biasa digunakan untuk berbagai kepala pemerintahan perempuan di dunia yang menggambarkan wanita dengan pendirian dan kemauan kuat. Beberapa pemimpin yang mendapatkan julukan ini antara lain
IndiraGandhi, Perdana Menteri India menjabat 1966 - 1977 dan 1980 - 1984
Golda Meir, Perdana Menteri Israel menjabat 1969 - 1974
Margaret Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya menjabat 1979 - 1990
Angela Merkel, Kanselir Jerman menjabat sejak 2005
Ellen Johnson-Sirleaf, Presiden Liberia menjabat sejak 2006


Selain wanita besi sebetulnya banyak perempuan lain yang juga tidak kalah pamornya diantaranya adalah Mega Wati Soekarno Putri, Cut Nyak Din, R. A Kartini yang semua adalah para putri pertiwi yang berjuang dan mampu bersaing serta kuat selayaknya kaum laki-laki. Mereka hanya segelintir perempuan hebat dan kuat namun selain mereka masih banyak lagi perempuan-perempuan yang hebat dan kuat yang mampu bersaing dengan kaum laki-laki dan patut diperhitungkan keberadaannya. Mega Wati merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden R.I, lalu Cut Nyak Din merupakan pejuang yang tangguh yang dapat memimpin perang gerilnya melawan para penjajaha bersama-sama dengan kaum laki-laki dan yang terakhir adalah R. A Kartini yaitu seorang pejuang wanita yang memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan Indonesia


Dipenghujung materi saya hanya ingin menyampaikan sebuah kata yang mungkin dapat sedikit menyederhanakan pradigma bagi kita semua tentang kepemimpinan khusunya perempuan.


Selengkapnya...