LEADERSHIP IS ZERO

Materi Training Leadership LCamp 3 2010
Oleh : Andy Setyawan S.Hum

Setiap pemimpin besar memiliki kecenderungan untuk memberikan motivasi untuk bawahannya dan orang lain di sekitarnya. Dan tak jarang motivasi-motivsi tersebut menjadi jargon hidup yang mampu menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

People ask the difference between a leader and a boss ... The leader leads, and the boss drives. (Theodore Roosevelt)

All men can stand adversity, but if you want to test a man's character, give him power. (Abraham Lincoln )

Leaders must be close enough to relate to others, but far enough ahead to motivate them. (John Maxwell)

The quality of a leader is reflected in the standards they set for themselves. (Ray Kroc)Each of you is a leader, and each of you will be held accountable for your leadership (Muhammad SAW).

LEADER-SHIP
“Aktifitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela”.(George R Terry)“Pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan tertentu”.(Robert Tannenbaum, et al)

Dari beberapa definisi leadership di atas setidaknya kita dapat menarik suatu benang merah bahwa pada dasarnya leadership adalah suatu kegiatan tentang bagaimana seseorang mampu untuk mempengaruhi orang lain. Konteks mempengaruhi di sini setidaknya memerlukan dimensi verbal (pembicaraan) dan dimensi aktual yaitu sikap atau perbuatan. Menjadi pemimpin berarti telah siap dan mampu bekerja bersama-sama dengan orang yg memiliki karakter berbeda. Tidak hanya itu, sebagai pemimpin kita dituntut untuk bisa membawa orang-orang dengan karakter berbeda itu pada satu tujuan yang sama.



Saya berusaha untuk menarik dan menyarikan kata “Leadership” menjadi 2 suku kata “Leader” dan “Ship”. Kata leader mungkin tidak begitu aneh bagi kita, namun sekarang pertanyaan besar muncul: “lalu apa hubungannya leadership dengan “ship” =kapal?”. Penyarian kata ini ternyata memiliki inner makna yang cukup signifikan dengan ditariknya kata “ship” menjadi kesatuan kata “leadership”. Kapal dianalogikan sebagai pemimpin yang akan membawa penumpangnya (dalam bahteranya) mengarungi lautan kehidupan yang dikelilingi oleh ombak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tugas pemimpin sebagai bahtera digambarkan sebagai orang yang membatasi (memborder) anggotanya agar tidak keluar dan tenggelam dalam ombak permasalahan, menjaga tiap anggotanya agar terhindar dari ancaman luar, dan memfasilitasi keperluan semua anggotanya.

Gaya Kepemimpinan
Dalam aplikasi kepemimpinan, setidaknya ada 3 pendekatan gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan oleh pemimpin-pemimpin besar:

_Otoriter_
Ditandai dengan pengambilan keputusan yang tanpa kompromi, kaku, serta tidak boleh adanya kritik atau protes dari orang lain.

_Laissez Faire_
Ditandai dengan keputusan yang ditandai dengan sikap masa bodoh, pemimpin tidak mau tahu situasi dan kondisi organisasi

_Demokratis_
Pemimpin yang mampu mengakomodasi keinginan dan harapan dari semua komponen yang ada di dalam suatu organisasi

Dari ketiga pendekatan gaya di atas, model demokratis memang dirasa sebagai gaya kepemimpinan yang ideal dan paling banyak diterapkan. Hal ini lebih dikarenakan bahwa hanya dalam gaya ini semua orang (termasuk bawahan) memiliki kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasi. Namun begitu, tidak berarti ke dua tipe lainnya tidak baik diaplikasikan dalam gaya kepemimpinan. Sikap oteriter kadang mutlak diperluakan ketika terlalu banyak kepala (orang) yang berbicara dan berkeras hati, dengan sikap ini pengambilan keputusan dapat diserahkan secara penuh pada pimpinan tanpa campur tangan anggota. Begitupun dengan sikap acuh tak acuh, pemimpin besar adalah pemimpin yang tidak membesar-besarkan (acuh) masalah kecil. Sikap acuh dibutuhkan untuk mengurangi resiko provokasi yang mungkin dilancarkan oleh rival seorang pemimpin. Sehingga, dengan sikap ini seorang pemimpin akan selalu terjaga dan siap siaga dari segala bentuk ancaman provokasi dari luar.



Gambar 2 pemimpin besar di atas memberikan contoh tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya walaupun dengan cara yang bertolak belakang. Hitler melakukan pembantaian massal terhadap bangsa Yahudi karena ia menganggap bahwa kelak bangsa Yahudi dengan kepandaiannya dapat memberikan ancaman besar terhadap bangsa Jerman. Sedang, Soekarno semenjak tahun 60an telah mengumandangkan untuk “Ganyang Malaysia” hal ini dikarenakan Soekarno juga melihat ancaman serius dari sikap dan kebiasaan bangsa Malaysia yang selalu mencontek dari Indonesia, pada saat itu Ia telah memprediksi bahwa jika kita tidak memiliki sikap yang tegas kepada Malaysia maka kelak Malaysia yang akan mengintimidasi Indonesia.

Fungsi Kepemimpinan

1.Pengambil Keputusan (keberanian dan resiko tinggi)
2.Instruktif (memerintahkan anggota melakukan atau tidak melakukan sesuatu)
3.Konsultatif (konsultasi dalam rangka menyelesaikan masalah yang dihadapi)
4.Partisipatif (partisipasi pemimpin membantu pekerjaan anggota)
5.Delegatif (memberikan wewenang pada bawahan menyelesaikan tugas sesuai wewenangnya)



Fase Pertama, Masa Kolonial Belanda sampai 1953, yang dapat disebut fase mandor atau fase klerek. Masa ini adalah sebagai “masa primadona administrasi” (administratie), dimana administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini, penguasa kolonial Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para pemimpin inlander hanya pada level mandor, klerek, kopral atau sersan dan sebagainya yang menjelaskan bahwa para pemimpin ini hanya sampai pada aras operasional. Pemimpin aras operasional ini ini hanya berperan sebagai “middle administrator” atau “supervisor kerja” saja bukanlah manajer atau top leader, karena top leader hanyalah kelompok kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir untuk memimpin.

Fase Kedua, tahun 1953 sampai dengan 1970-1980. Fase ini dapat disebut fase perkembangan administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat populer di Indonesia, yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan kesekretariatan. Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memegang peran utama untuk mengembangkan pemimpin untuk bidang pemerintahan.

Fase Ketiga, tahun 1980-2000 sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase kepemimpinan baru atau fase kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya upaya mengembangkan ilmu yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human Resources Management yang dibedakan dengan Personnel Management pada era sebelumnya).

Dr. Yakob Tomatala, YT Leasdership Foundation




Pemimpin Harus memiliki Sense of Communication yang Luar biasa, karena dalam komunikasi terdapat kata yang memiliki banyak fungsi:



Notes: Cogito ergosum merupakan jargon terkenal yang diungkapkan oleh filsuf besar bernama Descartes untuk menggambarkan eksistensi manusia. Di mana “Cogito Ergosum” sendiri berarti “saya berpikir maka saya ada” , kegiatan berpikir diidentikkan sebagai kegiatan khas manusia yang membuat manusia bereksistensi di dunia ini dengan alam dan manusia lain. Eksistensi manusia itu sendiri akan terealisasi dengan “Being” dan “Becoming”nya. Being diartikan sebagai “ada” (ada-nya manusia), ada di muka bumi ini, dan ada dalam suatu dimensi, being tidak akan bermakna apa-apa jika Ia tidak melalui proses “becoming” atau menjadi. Jadi dengan perkataan lain bahwa manusia adalah sebagai makhluk “ada” yang sekaligus “menjadi”, dan karena ada dan menjadi inilah manusia menjadi makhluk yang bereksistensi di dunia ini.





Pada kenyataannya konsep memimpin adalah bertolak belakang dengan konsep melayani (abinding paradox), kedua kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh orang dengan profesi yang sangat-sangat berbeda (dua paradox yang terlalu jauh). Kegiatan memimpin sangat erat kaitannya dengan pemimpin, direktur, bos, presiden, dll. Namun sebaliknya, kegiatan melayani biasanya dilakukan oleh pelayan ataupun oleh para bawahan pemimpin. Kedua paradox (hal bertentangan) ini ternyata mensyaratkan kondisi kepemimpinan yang ideal, dalam artian pemimpin yang baik tidak hanya melekat akan tugas kepemimpinannya saja, namun juga harus dapat melayani dan memfasilitasi bawahannya agar dapat bekerja secara maksimal karena adanya perhatian atasan kepada bawahannya. Penggabungan paradox inilah yang nantinya berimplikasi pada timbulnya “Par Excellence” atau dengan kata lain pemimpin terbaik yang tidak ada bandingannya.



Leaders = Share Vision, Real Mission

VISI
Pandangan jauh ke depan, angan-angan, Impian, idaman, cita-cita.
1. Melaksanakan tugas dengan standar kinerja tinggi.
2. Membersihkan unsur-unsur KKN di daerah.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Membangun SDM yang mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain.
5. Menjadi teladan bagi daerah lain.
6. Membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.

MISI
Implikasi dr Visi, memiliki target yang jelas dan langkah – langkah konkrit yang strategis
1.Menciptakan suasana yang nyaman dengan rutinitas pertemuan.
2.Meningkatkan skill research anggota.
3.Meningkatkan self quality anggota dengan training-training strategis.



Pemimpin adalah orang yang merubah masalah jadi modal utama.

Dilaporkan,, Tom Watson dari IBM pernah ditanya: “apakah anda akan memecat seorang karyawan yang membuat kesalahan sehingga merugikan IBM sebesar $6000.000. Dan sontak ia berkata “Tidak dong, baru saja saya membelanjakan pengalaman yang berharga seharga $6000.000 untuk melatihnya, mana mungkin saya mau orang lain memanfaatkan pengalaman ini”.




Pemimpin yang baik pada dasarnya adalah mereka yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada bawahannya (costumer focused), membebaskan diri dari paradigma kordinasi digital (memerintah dari atas meja, telepon, by email, dll) menjadi pemimpin yang mampu berkordinasi langsung dengan bawahan (turun ke lapangan), memantau setiap progress pekerjaan bawahan, dan berusaha care dengan masalah yang dihadapi bawahan. Tidak hanya itu, seorang pemimpin juga harus betul-betul mengerti kelemahan dan kekuatan bawahan, agar nantinya tidak terjadi tindih kemampuan (seseorang mengerjakan sesuatu tidak pada keahliannya) yang mengakibatkan tidak maksimalnya hasil dari suatu pekerjaan yang dikerjakan. Memimpin pada level emosional juga mutlak perlu dilakukan oleh seorang pemimpin, hal ini dikarenakan hanya pada level emosionallah interaksi personal dapat dibangun dan pada akhirnya akan menimbulkan ikatan batin yang kuat antara atasan dan bawahan. Dan terakhir, kesan – kesan yang ditimbulkan dari seorang pemimpin kelak akan menjadi acuan dalam membuat visi kedepan suatu kepemimpinan seorang pemimpin.

Seorang pemimpin adalah orang yang tidak membuang-buang waktu senilai $1.00 untuk keputusan yang bernilai $1.00

Dan pada akhirnya leadership adalah zero, bukan zero kosong dan tanpa apa-apa. Melainkan zero yang memiliki border yang kuat dan solid dan tidak terpecah arah. Pemimpin adalah border dalam suatu organisasi, perusahaan, lembaga, dll. Yang harus menjaga dan memfasilitasi bawahannya dengan berbagai macam sikap dan keharusan yang telah dipaparkan di atas.

0 komentar: