Feminine Mystique

Feminine Mystique (Betty Friedan)

Andy Setyawan. S.Hum
Ka. Dewan Perintis KIRJAS
Production Management PT Global TV

Sekitar tahun 60-an di Amerika, perempuan dihadapkan oleh paradigma pekerjaan yang hanya melingkupi pekerjaan domestik (menjadi ibu rumah tangga). Perempuan yang dianggap baik waktu itu ketika ia dapat mengurus suami dan anak dengan baik. Dalam “The Second Stage” dikatakan bahwa perempuan ‘feminis’ tetap bermasalah, kerja diluar rumah dan bisa mengurus anak (standar ganda). Di sini tidak melihat perempuan seperti laki-laki namun melihat perempuan sebagai perempuan. Laki-laki harus mengembangkan diri dari sisi feminin, dan begitu juga sebaliknya agar dapat dikatakan setara. Di akhir tahun 1950an angka perkawinan naik secara drastis. Paradigma yang ada adalah perempuan meneruskan pendidikan kejenjang perguruan tinggi hanya untuk mancari suami. Pada saat itu banyak mahasiswa yang drop out untuk menikah. “cinderella Kompleks” (menunggu laki-laki untuk menyelamatkan hidup mereka). Media membentuk pandangan bahwa perempuan hanya berangan-angan untuk menjadi perempuan sempurna semata.

Wanita pada saat itu menghindari pekerjaan di ruang publik, yang mereka inginkan pada waktu itu hanya menjadi seperti “happy house wife”. Perempuan sudah merasa bangga dengan hanya menjadi ibu rumah tangga (tidak mengenal konsep emansipasi). Pada saat itu juga terdapat masalah “The Problem That Has No Name”, di mana muncul masalah yang tidak dimengeti oleh siapapun. Perempuan mulai merasa ada yang aneh pada dirinya. Masalah ini bukan masalah yang memiliki solusi karena solusinya ada pada perempuan itu sendiri sebagai pemilik tubuh dan pemilik hak sebagai perempuan. Masalah yang timbul di sini adalah tidak mampunyai kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Perempuan hanya mampu memendam perasaan dan manangis sendiri dirumah. Walaupun mereka memiliki rasa lelah, stres, namun ketika berhadapan dengan suaminya ia hanya mengatakan bahwa ia hanya membutuhkan kesempatan untuk berlibur.

Pendidikan tinggi yang dienyam perempuan pada masa itu ternyata tidak menjamin penghidupan yang layak bagi perempuan. Pada saat itu kondisi menyerang kalangan perempuan. Perempuan menjadi terepresi:

  1. Perempuan kehilangan identitas
  2. Perempuan tidak mengenali dirinya, bahkan dalam kehidupan seksnya.
  3. Mulai muncul delusi-delusi pada perempuan.
  4. Muncul berbagai masalah: mens, frigidity, takut hamil, dll.
Bagaimana cara mengatasi mistik feminin ini?
  1. Harus menyadari dan mengaku hal yang ia rasakan.
  2. Perempuan harus mengembangkan potensi diri.
  3. Perempuan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri
  4. Perempuan harus mulai mendengar dan bersikap, karena kebahagiaan bukan hanya berasal dari pernikahan.



0 komentar: