LKIR 2010




Selengkapnya...

WHAT LOVE IS ?

Andy Setyawan
Ka. Dewan Perintis KIRJAS
Many people believe love is a sensation that magically generates when Mr. or Ms. Right appears. No wonder so many people are single. An excerpt from "Head to Heart." And just as easily, it can spontaneously degenerate when the magic "just isn't there" anymore. You fall in love, and you can fall out of it. The key word is passivity. I think Love is the attachment that results from deeply appreciating another's goodness. The word "goodness" may surprise you. After all, most love stories don't feature a couple enraptured with each other's ethics. ("I'm captivated by your values!" he told her passionately. "And I've never met a man with such morals!" she cooed.) But in her study of real-life successful marriages ("The Good Marriage: How and Why Love Lasts"), "the value these couples placed on the partner's moral qualities was an unexpected finding."

If love comes from appreciating goodness, it needn't just happen you can make it happen. Love is active. You can create it. Just focus on the good in another person (and everyone has some). If you can do this easily, you'll love easily. I was once at an intimate concert in which the performer, a deeply spiritual person, gazed warmly at his audience and said, "I want you to know, I love you all." I smiled tolerantly and thought, "Sure." Looking back, though, I realize my cynicism was misplaced. This man naturally saw the good in others, and our being there said enough about us that he could love us. Judaism actually idealizes this universal, unconditional love. Obviously, there's a huge distance from here to the far more profound, personal love developed over the years, especially in marriage. But seeing goodness is the beginning

Now that you're feeling so warmly toward the entire human race, how can you deepen your love for someone? The way God created us, actions affect our feelings most. For example, if you want to become more compassionate, thinking compassionate thoughts may be a start, but giving charity will get you there. Likewise, the best way to feel loving is to be loving and that means giving. While most people believe love leads to giving, the truth is exactly the opposite: Giving leads to love. True giving, as Erich Fromm points out, is other-oriented, and requires four elements. The first is care, demonstrating active concern for the recipient's life and growth. The second is responsibility, responding to his or her expressed and unexpressed needs (particularly, in an adult relationship, emotional needs). The third is respect, "the ability to see a person as he (or she] is, to be aware of his (or her) unique individuality," and, consequently, wanting that person to "grow and unfold as he (or she) is." These three components all depend upon the fourth, knowledge. You can care for, respond to, and respect another only as deeply as you know him or her.

When I love someone, I might love her for just one reason or I might love her for a hundred and fifty reason. But those reasons I might always discover more circumscribe your place in the love world. The person I lve is consequently, not simply you, the whole person, but rather you circumscribe by that set of reasons. I think the object of love is the story of two improbable lovers with an unthinkable future together. Love is about the poles of the loveworld and the goal of its development, and its a creation of self. For the self that is created throught love is a shared self, a self that is conceived and developed together. And I think "Love is like a violin, the music may stop now and then, but the strings remain forever."
Selengkapnya...

LKIR LIPI 2010

Kerjasama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan AJB Bumiputera 1912.Kompetisi ilmiah bagi remaja usia 12-19 tahun yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan inovasi remaja melalui kegiatan penelitian. Lomba ini terbagi menjadi tiga bidang: Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa. Setiap peserta harus mengikuti semua persyaratan yang tercantum pada informasi di bawah ini sebelum membuat scientific paper/karya tulis ilmiah. Rangkaian pelaksanaan lomba berupa:

  1. Peserta mengirimkan proposal penelitian kepada panitia lomba
  2. Proposal yang lolos seleksi akan dilakukan pembimbingan minimal 3 (tiga) bulan oleh pembimbing (yang ditentukan LIPI) melalui komunikasi jarak jauh seperti via electronic mail dan telepon
  3. Hasil akhir penelitian berupa karya tulis ilmiah akan diseleksi kembali untuk diundang mengikuti presentasi/expose sebagai Finalis di Jakarta
  4. Finalis melakukan presentasi hasil penelitian mereka dihadapan Dewan Juri berupa paparan Power Point dan Poster hasil penelitian.
  5. Pemenang akan diumumkan pada malam penganugerahan


RANGKAIAN KEGIATAN

  1. Penerimaan proposal penelitian: 15 Juli 2010 (paling lambat)
  2. Pengumuman proposal yang dibimbing:1 Agustus 2010
    · Proses pembimbingan penelitian: Agustus- Oktober
    · Penerimaan hasil akhir penelitian (Full Paper):30 Oktober 2010
    · Pengumuman Pemanggilan Finalis: 7 November 2010
    · Registrasi Finalis LKIR: 21 November 2010
    · Presentasi : 22 November 2010
    · Audiensi dan Field Trip: 23 November 2010
    · Malam Penganugerahan : 23 November 2010


Pemenang akan mendapatkan uang tunai,piala serta piagam Penghargaan


Panitia Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-42 Tahun 2010 Gedung Sasana Widya Sarwono Lt. 5 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10 Jakarta Selatan 12710 Telp (021) 5225711, ext. 273, 274, 276 Fax. (021) 52920839, 5251834

Selengkapnya...

OPSI (Olimpiade Ilmiah Siswa Indonesia)

Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) merupakan wahana pengembangan dan kompetisi bagi siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam bidang penelitian, baik yang bersifat pengungkapan (discovery) maupun penemuan (invention).

TUJUAN

a. Menjaring siswa yang memiliki bakat dan kemampuan dalam bidang penelitian.
b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti dikalangan siswa.
c. Memotivasi siswa untuk berkreasi dalam penelitian pada bidang ilmu sesuai dengan minat dan bakatnya.
d. Mendapatkan hasil penelitian yang orisinal, berkualitas, dan kompetitif.

KELOMPOK BIDANG LOMBA
OPSI 2010 dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok bidang lomba berdasarkan focus kajiannya, yaitu
a. Sains Dasar, meliputi Matematika, Fisika, Kimia, Biologi.
b. Sains Terapan, meliputi Ekologi, Mesin dan Elektronika, Informatika, Kesehatan, dan Pertanian.
c. IPS dan Bahasa, meliputi Ekonomi dan Manajemen, Sejarah dan Kebudayaan, Bahasa dan Kesusastraan, Pendidikan dan Psikologi, Sosiologi dan Antropologi.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan OPSI 2010 dibagi kedalam 3 (tiga) tahap, yaitu ;
a. Tahap penilaian naskah,
b. Tahap gelar poster dan pameran,
c. Tahap presentasi.

a. Tahap Pertama : Penilaian NaskahNaskah yang masuk akan dinilai oleh tim juri. Peserta yang naskahnya terpilih akan dipanggil untuk mengikuti tahap selanjutnya.
b. Tahap Kedua : Gelar Poster dan Pameran,Peserta yang berhasil pada tahap pertama diharuskan menampilkan hasil penelitiannya dalam bentuk poster dan panjang hasil penelitian.
c. Tahap Ketiga : Presentasi.Peserta yang berhasil masuk ke babak presentasi, nantinya akan memaparkan hasil hasil penelitiaannya di hadapan tim juri. Pemaparan hasil penelitian dilakukan selama 10 menit, dilanjutkan dengan tanya-jawab dengan tim juri.

PESERTA DAN PERSYARATAN SELEKSI
a. Peserta SeleksiPeserta adalah siswa SMP/MTs kelas IX dan SMA/MA kelas X dan XI baik negeri maupun swasta.
b. Persyaratan Administrasi

1. Peserta mengirimkan naskah hasil penelitiaannya sebanyak 1 eksemplar dalam bentuk hardcopy dan sebuah file dalam bentuk CD dalam format MS-WORD kepada panitia.
2. Peserta menyertakan pasfoto berwarna dalam file digital yang dimasukkan ke dalam CD bersamaan dengan naskah makalahnya.
3. Peserta membuat pernyataan orisinalitas karya penelitiaannya pada naskah hasil penelitiaannya.

TIM JURI
Juri pada OPSI adalah Peneliti dan akademisi baik dari lembaga penelitian maupun Perguruan Tinggi terkemuka. Keputusan tim juri tidak dapat diganggu gugat.

BATAS AKHIR PENERIMAAN NASKAH
Naskah harus sudah sampai ke panitia paling lambat pada tanggal 5 Juni 2010PENGIRIMAN NASKAHNaskah dapat diantar langsung atau melalui Pos ke alamat berikut ;
Panitia Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI)
Subdit Kegiatan Kesiswaan - Direktorat Pembinaan SMAKementrian Pendidikan NasionalJl. R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan - 12410Tlp. 021-75912056, 75908519Fax: 021-75908519, 75912057Email : subditkesiswaan@siswapsma.orgWebsite : www.siswapsma.org atau www.dikmenum.go.id

PEMENANG DAN HADIAH
a. Kategori Pemenang ;>> Medali Emas, Perak dan Perunggu >> Penghargaan Makalah, Display, Interaksi, Presentasi, Poster Favorit dan Bidang Studi
b. Pemenang akan mendapatkan penghargaan dan kesempatan untuk mengikuti lomba penelitian di tingkat Internasional.

Sumber : www.siswapsma.org







Selengkapnya...

ABSTRAK

ABSTRAK


Nama : Eka Rachmawaty
Program Studi : Psikologi
Judul : Hubungan antara Self Disclosure terhadap Pasangan dengan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran



Untuk menciptakan pernikahan yang sukses, diperlukan kesiapan menikah dari individu itu sendiri agar siap menyandang peran barunya dalam pernikahan. Kemampuan individu untuk memahami situasi serta tuntutan pernikahan juga didukung oleh pengetahuannya mengenai hubungan interpersonal (Blood, 1969), salah satunya adalah pacaran. Untuk mengembangkan hubungan dengan pasangan lebih jauh, self disclosure penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara self disclosure terhadap pasangan dengan kesiapan menikah. Dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner, sebanyak 62 orang dewasa muda yang memiliki karakteristik antara lain berusia 20-30 tahun, sedang menjalani hubungan pacaran dan telah memiliki rencana menikah, berpartisipasi menjadi subjek penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self disclosure terhadap pasangan dengan kesiapan menikah (sig=0,001, p<0.01, r=0,405). Di samping itu, diketahui dimensi pengungkapan diri mengenai penampilan dan kebutuhan fisik merupakan dimensi yang berkontribusi paling banyak terhadap kesiapan menikah. Sebagai tambahan, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara self disclosure dengan kesiapan menikah pada subjek yang belum memiliki rencana menikah. Selain itu, subjek yang memiliki pengalaman berpacaran sebelumnya dan subjek yang sudah memiliki pekerjaan ternyata memiliki skor kesiapan menikah yang lebih tinggi. Lebih lanjut penelitian ini juga membahas implikasi praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.



Kata Kunci: Self Disclosure, Kesiapan Menikah, Pacaran, Dewasa Muda.



ABSTRACT


Name : Eka Rachmawaty
Field of Study : Psychology
Title : The Relationship between Self Disclosure with Marital Readiness in Young Adult


Marital readiness is required in creating successful marriage. The ability of individuals to understand the situation and the demands of marriage is also supported by knowledge of interpersonal relationships (Blood, 1969), one of them is dating. To develop relationships with partners, self-disclosure is important to do. Therefore, this quantitative study aimed to examine the relationship between self-disclosure with marital readiness in young adult. By using questionnaire, a total of 62 young adults who were 20-30 years old, in relationship and had plans to get married, participated into this study. The result of this study showed that there was a significant relationship between self-disclosure with marital readiness (sig = 0.001, p <0.01, r = 0.405). This study also found the dimension of self-disclosure that contribute most to the marital readiness is disclosure about appearance and physical needs. In addition, no significant relationship between self-disclosure with marital readiness on subject who do not have plans to get married. Subject who had previous dating experiences and subject that already have a job have a higher score of marital readiness. Finally, implications of these findings and suggestions for future research are discussed.



Key Words: Self Disclosure, Marital Readiness, Dating, Young Adult. Selengkapnya...

MENELUSURI KEMBALI SEJARAH BANGKITNYA PEREMPUAN INDONESIA

MENELUSURI KEMBALI SEJARAH BANGKITNYA PEREMPUAN INDONESIA
oleh : Elvi Robiatul Adawiyah
Universitas Muhammadiyah Hamka





Masih ingatkah anda pada sosok ini, seorang perempuan yang memperjuangkan hak dan kesetaraan perempuan Indonesia dalam berkaya dan berjaya.
Nama:
Raden Ajeng Kartini
Lahir:
Jepara, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879

Meninggal:
Tanggal 17 September 1904, (sewaktu melahirkan putra pertamanya)

Pendidikan:
E.L.S. (Europese Lagere School), setingkat sekolah dasar

Suami:
Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang

Prestasi:
- Mendirikan sekolah untuk wanita di Jepara
- Mendirikan sekolah untuk wanita di Rembang

Kumpulan surat-surat:
Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang)

Penghormatan:
- Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional
- Hari Kelahirannya tanggal 21 April ditetapkan sebagai hari besar

Sosok R. A Kartini
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – wafat di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun). Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara. Beliau putri R.M. Sosroningrat dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Kala itu poligami adalah suatu hal yang biasa.

Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.


Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Kartini dan Alquran
Di dalam buku Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia terdapat sebuah bab yang berjudul ‘Pengaruh Al Quran terhadap Perjuangan Kartini’. Pandangan Kartini tentang Islam disoroti secara positif. ”Segenap perempuan bumiputra diajaknya kembali ke jalan Islam. Tidak hanya itu, Kartini bertekad berjuang, untuk mendapatkan rahmat Allah, agar mampu meyakinkan umat agama lain memandang agama Islam, agama yang patut dihormatinya” (surat kepada Ny van Kol, 21 Juli 1902.)

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara, Ny. Van Kol berusaha mengajak Kartini beralih kepada agama Kristen. Namun hal ini ditolak oleh sang putri Bupati Jepara itu. Bahkan ia mengingatkan zending Protestan agar menghentikan gerakan Kristenisasinya. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani.

Sejak lama Kartini resah sebab tidak mampu mencintai Alquran karena Alquran terlalu suci, tiada boleh diterjemahkan ke dalam bahasa manapun. Di sini tiada seorang pun tahu bahasa Arab. Orang di sini diajarkan membaca Alquran, tetapi yang dibacanya tiada yang ia mengerti. Demikian pengakuan dirinya tentang kebutaannya terhadap Alquran kepada Stella Zeehandelaar (18 Agustus 1899). Kartini merindukan tafsir Alquran agar dapat dipelajari.

Betapa bahagianya Kartini setelah mendapat penjelasan kandungan isi Alquran, seperti digambarkannya kepada EC Abendanon, ”Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaaan di samping kami”. Dirasakannya ada semacam perintah Allah kepada dirinya, ”Barulah sekarang Allah berkehendak membuka hatimu, mengucap syukurlah!”

”Sekarang ini kami tiada mencari penghibur hati pada manusia, kami berpegang teguh teguh di tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi”. Kata habis gelap terbitlah terang selain tercetus 17 Agustus 1902 juga karena pengaruh cahaya yang menerangi lubuknya hatinya. Minazh zhulumati ilan nur Ini tafsiran Ahmad Mansur Suryanegara.

Perjuangan R. A Kartini
Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.

Buku itu menjadi pedorong semangat para wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. Perjuangan Kartini tidaklah hanya tertulis di atas kertas tapi dibuktikan dengan mendirikan sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang.

Upaya dari puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia seutuhnya.

Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.

Pada saat itu, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, ini sebenarnya sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, namun sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya.

Dia hanya sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat-istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah.

Merasakan hambatan demikian, Kartini remaja yang banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar serta gemar membaca buku khususnya buku-buku mengenai kemajuan wanita seperti karya-karya Multatuli "Max Havelaar" dan karya tokoh-tokoh pejuang wanita di Eropa, mulai menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan wanita bangsa lain terutama wanita Eropa.

Dia merasakan sendiri bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa sedih melihat kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan sama sekali.

Sejak saat itu, dia pun berkeinginan dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia. Dan langkah untuk memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan cita-citanya itu, dia mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa memungut bayaran.
Bahkan demi cita-cita mulianya itu, dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di Negeri Belanda dengan maksud agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang lebih baik. Beasiswa dari Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya, namun keinginan tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya. Guna mencegah kepergiannya tersebut, orangtuanya pun memaksanya menikah pada saat itu dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati di Rembang.

Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia masih mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di Jepara yang sudah didirikannya sebelum menikah. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di tempat masing-masing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.

Sepanjang hidupnya, Kartini sangat senang berteman. Dia mempunyai banyak teman baik di dalam negeri maupun di Eropa khususnya dari negeri Belanda, bangsa yang sedang menjajah Indonesia saat itu. Kepada para sahabatnya, dia sering mencurahkan isi hatinya tentang keinginannya memajukan wanita negerinya. Kepada teman-temannya yang orang Belanda dia sering menulis surat yang mengungkapkan cita-citanya tersebut, tentang adanya persamaan hak antara pria dan wanita.

Setelah meninggalnya Kartini, surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari.

Apa yang sudah dilakukan RA Kartini sangatlah besar pengaruhnya kepada kebangkitan bangsa ini. Mungkin akan lebih besar dan lebih banyak lagi yang akan dilakukannya seandainya Allah memberikan usia yang panjang kepadanya. Namun Allah menghendaki lain, ia meninggal dunia di usia muda, usia 25 tahun, yakni pada tanggal 17 September 1904, ketika melahirkan putra pertamanya.

Mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya.

Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional.

Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya.

Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.

Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.

Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

Itu semua adalah sisa-sisa dari kebiasaan lama yang oleh sebagian orang baik oleh pria yang tidak rela melepaskan sifat otoriternya maupun oleh sebagian wanita itu sendiri yang belum berani melawan kebiasaan lama. Namun kesadaran telah lama ditanamkan kartini, sekarang adalah masa pembinaan.

Episode akhir hidup Raden Adjeng Kartini
“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?“
Pertanyaan ini diajukan Kartini kepada Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, atau lebih dikenal dengan Kyai Sholeh Darat, ketika berkunjung ke rumah pamannya Pangeran Ario Hadiningrat, Bupati Demak. Waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga dan Kartini ikut mendengarkan bersama para raden ayu lainnya dari balik tabir. Karena tertarik pada materi pengajian tentang tafsir Al-Fatihah, setelah selesai Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kyai tersebut.


Tertegun mendengar pertanyaan Kartini, Kyai balik bertanya,
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?“
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama (Al-Fatihah), dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?“

Ibu Kartini muda yang di kala itu belajar Islam dari seorang guru mengaji, memang telah lama merasa tidak puas dengan cara mengajar guru itu karena bersifat dogmatis dan indoktrinatif. Walaupun kakeknya Kyai Haji Madirono dan neneknya Nyai Haji Aminah dari garis ibunya, M. A. Ngasirah adalah pasangan guru agama, Kartini merasa belum bisa mencintai agamanya. Betapa tidak? Beliau hanya diajar bagaimana membaca dan menghapal Al-Qurâ’an dan cara melakukan shalat, tapi tidak diajarkan terjemahan, apalagi tafsirnya. Pada waktu itu penjajah Belanda memang memperbolehkan orang mempelajari Al-Qurâ’an asal jangan diterjemahkan.
Tergugah dengan kritik itu, Kyai Sholeh Darat kemudian menterjemahkan Al-Qurâ’an dalam bahasa Jawa dan menuliskannya dalam sebuah buku berjudul Faidhir Rahman Fit Tafsiril Quran jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah hingga surat Ibrahim. Buku itu dihadiahkan kepada Ibu Kartini saat beliau menikah dengan R. M Joyodiningrat, Bupati Rembang pada tanggal 12 November 1903.

Kyai Sholeh Darat keburu meninggal pada tanggal 18 Desember 1903 pada saat baru menterjemahkan satu jilid tersebut. Namun dari informasi Ilahi yang tampaknya terbatas itu pun sudah cukup membuka pikiran Ibu Kartini mengenai Islam dan ajaran-ajarannya.
Salah satu hal yang memberikan kesan mendalam pada beliau adalah ketika membaca tafsir Surat Al-Baqarah. Dari situlah tercetus kata-kata beliau dalam bahasa Belanda, Door Duisternis Tot Licht. Ungkapan itu sebenarnya terjemahan bahasa Belanda dari petikan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala yaitu Minadz Dzulumaati Ilan Nuur yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 257. Oleh Armijn Pane, ungkapan itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu atau Indonesia sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang. Padahal jika berangkat dari petikan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala tersebut lebih tepat dimaknai sebagai Dari Kegelapan Menuju Cahaya, yang dapat ditafsirkan sebagai �dari pemikiran yang tak terarah menuju pemikiran yang dilandasi hidayah Iman dan Islam�.

Petikan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala dalam Surat Al-Baqarah ayat 257 tersebut sebenarnya untuk menggambarkan kondisi kejiwaan seseorang yang mendapat hidayah Iman dan Islam, di mana dia mendapatkan informasi yang sangat terang dan masuk dalam kalbunya mengenai kebenaran yang hakiki dari Tuhannya. Kondisi seperti itulah yang dialami oleh Ibu Kartini menjelang akhir hidupnya.

Oleh sebab itu penulis membagi perjalanan hidup Ibu Kartini yang mengalami pencerahan dalam dua fase, yaitu fase pra dan selama-pasca mendapat hidayah. Momen perubahannya adalah pada saat beliau menghadiri pengajian tafsir Al-Qur’an yang diberikan oleh Kyai Sholeh Darat tersebut.

Dalam fase pertama, yaitu fase pra-hidayah, Ibu Kartini mendapat pencerahan tentang perlunya mendobrak adat-adat lokal, baik perilaku yang mengistimewakan keturunan ningrat daripada keturunan rakyat biasa maupun yang mengekang hak-hak wanita pada umumnya. Menurut beliau, setiap manusia adalah sederajat dan mereka berhak mendapat perlakuan yang sama. Sedangkan khusus untuk wanita, mereka memiliki hak misalnya untuk memperoleh pendidikan sekolah, hak untuk melakukan aktivitas keluar rumah, hak untuk memilih calon suami. Namun di lain pihak Ibu Kartini juga berusaha untuk menghindar dari pengaruh budaya Barat walaupun juga mengakui bahwa perlu belajar dari Barat karena lebih maju dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dalam fase ini Ibu Kartini juga mengajukan kritik dan saran kepada Pemerintahan Hindia Belanda.

Dalam fase kedua, yaitu selama dan pasca mendapatkan hidayah, beliau mendapat pencerahan tentang agama yang dianutnya, yaitu Islam. Bahwa Islam, jika ajaran-ajarannya diikuti dengan benar sesuai dengan Al-Qur’an, ternyata membawa kehidupan yang lebih baik dan memiliki citra baik di mata umat agama lain. Ibu Kartini menulis dalam surat-suratnya, bahwa beliau mengajak segenap perempuan bumiputra untuk kembali ke jalan Islam. Tidak hanya itu, Kartini bertekad berjuang untuk mendapatkan rahmat Allah, agar mampu meyakinkan umat lain memandang agama Islam sebagai agama yang patut dihormati.

“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902].
Klimaksnya, nur hidayah itu membuatnya bisa merumuskan arti pentingnya pendidikan untuk wanita, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki seperti yang diyakini oleh kebanyakan pejuang feminisme dan emansipasi, namun untuk lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai ibu. Ibu Kartini menulis: “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Pikiran beliau ini mengalami perubahan bila dibandingkan dengan pada waktu fase sebelum hidayah, yang lebih mengedepankan keinginan akan bebas, merdeka, dan berdiri sendiri. Ibu Kartini menulis: “Jika saja masih anak-anak ketika kata-kata “Emansipasi” belum ada bunyinya, belum berarti lagi bagi pendengaran saya, karangan dan kitab-kitab tentang kebangunan kaum putri masih jauh dari angan-angan saja, tetapi dikala itu telah hidup di dalam hati sanubarai saya satu keinginan yang kian lama kian kuat, ialah keinginan akan bebas, merdeka, berdiri sendiri.” [Surat Kartini kepada Nona Zeehandelaar, 25 Mei 1899].

Tidak hanya itu, nur hidayah itu juga bisa menyebabkan perubahan sikap beliau terhadap Barat yang tadinya dianggap sebagai masyarakat yang paling baik dan dapat dijadikan contoh. Ibu Kartini menulis, “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902].

Dan yang lebih penting lagi, beliau menjadi sadar terhadap upaya kristenisasi secara terselubung yang dilakukan oleh teman-temannya. Ibu Kartini menulis, “Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi?… Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?” [Surat Kartini kepada E. E. Abendanon, 31 Januari 1903].

Allah Subhanahu wa Ta`ala Maha Berkehendak dengan menggariskan hidup Ibu Kartini yang terbilang cukup pendek, 25 tahun, yaitu empat hari setelah melahirkan putranya, R. M. Soesalit. Dia juga mentakdirkan hidup Kyai Sholeh Darat tidak cukup panjang untuk menuntaskan buku tafsir Al-Qurâ’an dalam bahasa Jawanya, sehingga informasi mengenai Al-Qurâ’an yang diterima oleh Ibu Kartini masih terbatas. “Manusia itu berusaha, Allah-lah yang menentukan” [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, Oktober 1900].

Namun sebenarnya itu sudah cukup untuk memberikan gambaran bagaimana sebenarnya visi Ibu Kartini sebagai sosok muslimah, terutama pada masa-masa akhir hidupnya, yaitu fase selama dan pasca hidayah. Itu pun juga cukup bagi kita untuk bisa memahami mengapa beliau pada akhirnya merasa ikhlas menjadi isteri keempat Bupati Rembang, yang kemudian justru mendukung semua cita-cita perjuangannya dalam pendidikan terhadap kaum wanita, yaitu dengan mendirikan sekolah wanita di Kabupaten Rembang. Kartini menulis mengenai suaminya, “Akan lebih banyak lagi yang saya kerjakan untuk bangsa ini bila saya ada di samping seseorang laki-laki yang cakap, yang saya hormati, yang mencintai rakyat rendah sebagai saya juga. Lebih banyak, kata saya, daripada yang dapat kami usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri. “ ? [Habis Gelap Terbitlah Terang, hlm. 187].

Dan itu juga cukup untuk dapat kita bayangkan, bahwa (semoga) Ibu Kartini wafat dalam keadaan husnul khotimah, setelah sebelumnya diombang-ambingkan oleh berbagai pemikiran teman-temannya, dan walaupun banyak orang mengulas kumpulan tulisannya dari berbagai sudut pandang dan agama.

Namun yang juga sangat penting buat kita muslimah generasi penerusnya adalah pesan-pesan beliau secara tersirat agar kembali kepada fitrahnya dan selalu berpegang pada Al-Qurâ’an (dan Hadits). Al-Qurâ’an harus selalu dibaca, dipelajari, dihapalkan, dimengerti maknanya, dan diamalkan, agar benar-benar meninggalkan kegelapan menuju cahaya. Ajakan beliau ini lebih mendasar dan tentu lebih bermanfaat daripada mengedepankan isu-isu tentang feminisme dan kesetaraan gender, misalnya yang pada dasarnya merupakan konsep Barat. Lagipula, sikap yang mempercayai bahwa sesuatu yang berasal dari Barat itu paling baik, justru digugat oleh Ibu Kartini sendiri.

Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan Al-Qurâ’an, di mana salah satu kehendak-Nya adalah justru untuk mengangkat harkat dan martabat wanita. Pada dasarnya, gerakan emansipasi perempuan dalam sejarah peradaban manusia sebenarnya dipelopori oleh risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi wa Sallam tersebut.

Hingga di sini, marilah kita merenung kembali, apakah kita semua telah mengikuti pesan dan teladan Ibu Kartini tersebut?
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Jangan pernah menyia-nyiakan perjuangan R. A Kartini dan teruskan perjuangan perempuan Indonesia.













Nyanyikan dan Hayati
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri jauhari
Putri yang berjasa
Se Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri yang suci
Putri yang merdeka
Cita-citanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendeka kaum ibu
Se-Indonesia
Ibu kita Kartini
Penyuluh budi
Penyuluh bangsanya
Karena cintanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia



Rujukan
Album Pahlawan Bangsa Cetakan ke 18, penerbit PT Mutiara Sumber Widya
Wajah-Wajah Nasional cetakan pertama. Karangan: Solichin Salam
Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902
Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902
Surat Kartini kepada E. E. Abendanon, 31 Januari 1903
Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, Oktober 1900
Habis Gelap Terbitlah Terang, hlm. 187
Serba sejarah.worldpress.com
Eksklopedi sejarah Indonesia


Selengkapnya...

Selamat Hari Kartini





Selengkapnya...

Feminine Mystique

Feminine Mystique (Betty Friedan)

Andy Setyawan. S.Hum
Ka. Dewan Perintis KIRJAS
Production Management PT Global TV

Sekitar tahun 60-an di Amerika, perempuan dihadapkan oleh paradigma pekerjaan yang hanya melingkupi pekerjaan domestik (menjadi ibu rumah tangga). Perempuan yang dianggap baik waktu itu ketika ia dapat mengurus suami dan anak dengan baik. Dalam “The Second Stage” dikatakan bahwa perempuan ‘feminis’ tetap bermasalah, kerja diluar rumah dan bisa mengurus anak (standar ganda). Di sini tidak melihat perempuan seperti laki-laki namun melihat perempuan sebagai perempuan. Laki-laki harus mengembangkan diri dari sisi feminin, dan begitu juga sebaliknya agar dapat dikatakan setara. Di akhir tahun 1950an angka perkawinan naik secara drastis. Paradigma yang ada adalah perempuan meneruskan pendidikan kejenjang perguruan tinggi hanya untuk mancari suami. Pada saat itu banyak mahasiswa yang drop out untuk menikah. “cinderella Kompleks” (menunggu laki-laki untuk menyelamatkan hidup mereka). Media membentuk pandangan bahwa perempuan hanya berangan-angan untuk menjadi perempuan sempurna semata.

Wanita pada saat itu menghindari pekerjaan di ruang publik, yang mereka inginkan pada waktu itu hanya menjadi seperti “happy house wife”. Perempuan sudah merasa bangga dengan hanya menjadi ibu rumah tangga (tidak mengenal konsep emansipasi). Pada saat itu juga terdapat masalah “The Problem That Has No Name”, di mana muncul masalah yang tidak dimengeti oleh siapapun. Perempuan mulai merasa ada yang aneh pada dirinya. Masalah ini bukan masalah yang memiliki solusi karena solusinya ada pada perempuan itu sendiri sebagai pemilik tubuh dan pemilik hak sebagai perempuan. Masalah yang timbul di sini adalah tidak mampunyai kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Perempuan hanya mampu memendam perasaan dan manangis sendiri dirumah. Walaupun mereka memiliki rasa lelah, stres, namun ketika berhadapan dengan suaminya ia hanya mengatakan bahwa ia hanya membutuhkan kesempatan untuk berlibur.

Pendidikan tinggi yang dienyam perempuan pada masa itu ternyata tidak menjamin penghidupan yang layak bagi perempuan. Pada saat itu kondisi menyerang kalangan perempuan. Perempuan menjadi terepresi:

  1. Perempuan kehilangan identitas
  2. Perempuan tidak mengenali dirinya, bahkan dalam kehidupan seksnya.
  3. Mulai muncul delusi-delusi pada perempuan.
  4. Muncul berbagai masalah: mens, frigidity, takut hamil, dll.
Bagaimana cara mengatasi mistik feminin ini?
  1. Harus menyadari dan mengaku hal yang ia rasakan.
  2. Perempuan harus mengembangkan potensi diri.
  3. Perempuan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri
  4. Perempuan harus mulai mendengar dan bersikap, karena kebahagiaan bukan hanya berasal dari pernikahan.



Selengkapnya...

Selamat Hari Kartini





Selengkapnya...

Selamat Hari Kartini











Selengkapnya...

Theories & Evaluation of the Importance in Perception of Self Individual

Theories & Evaluation of the Importance in Perception of Self Individual
Fikri Mubarok
Faculty of Psychology
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

In general, self in psychology has two meanings, the first is self is behavior and feeling of individual on him/herself. And the second, self is all psychological process that ruled behavior and adaptation. The first meaning self is looked as an object, in this way of meaning self is what an individual thinking about him/herself. The second meaning looks self as a process, Self is consist of many active process like thinking, remembering, learning, hearing, etc. both of this meanings is not purely a human in nature way. This theories of self isn’t something that is used if we looked in way of religion or methaphysist. It’s direct into object of psychological process itself, and that process was ruled by law of cause. In other words, this theories is used when we sees it in scientific psychology way. The theories of self shows a true effort to seek the symptoms and make conception from the research that has conducted about behavior of individual.


The self theories that we had speak is to make clear about the topics that we will talk about. If we seen the self theories in paragraph above, we will make a quick thinking about the perception of our self. How do we look our self is very important for us to make us more competent in many aspects. Example, how can men can cook if they keep thinking cook is only for woman ?, and how can we speak in front of many people when we keep thinking that we are lacks of intelligence in linguistics ?. it is why there are many success person that always have positive thinking in him/herself. If we perceiving about our self in negative ways, the result will be negative. ”you are what you thinking”, “you are what you eat”, and “you are what you read” is a popular phrase in psychology saying that human was evaluated by their behavior. In psychology, there are theories called by “Trait Theories”. Trait theories state that personality consist of broad, enduring dispositions that tend to lead to characteristics responses. In other words, people can be described in terms of basic ways they behave, such as wether they are outgoing and friendly or dominant and assertive. People’s behavior sometimes unpredictable, we can’t decide directly what people are do with our logical thinking. If we see someone crying, the first perception that we think to that people is he/she was sad. Except sad, people can crying because he/she was very happy, or he got dust in his/her eyes. So, we must make our self individual perception not by people’s eyes, but we make it on our own. By this way of thinking, there are many successful person was created. But the fact is, there are many people who still follow the trends of the world not selecting what is good and bad for him/herself.

If we talk about self individual perception, we must include the self -esteem theories from Abraham Maslow. Self-esteem is a person’s overall evaluation of his or her worth self-worth or self image. Maslow said that self-esteem is very important aspects in a human personality. Self esteem is strongly related to happiness, and it seems likely that self esteem can increases happiness. High-self esteem is a category that encompasses people who deserve their high self-esteem and are well adjusted, as well as individuals who are narcissistic, defensive, and conceited. Another theories from Abraham Maslow is Self Actualization, It is a theories that can’t be separated fro Maslow’s Hierarchy of Human Needs. Self Actualization is the highest and most elusive of Maslow’s needs, it is the motivation to develop one’s full potential as a human being. According to Maslow, self actualization is possible only after the other needs in the hierarchy are met. In the humanistic perspectives way, Psychologist said that the key of personality is that the way we perceive ourselves and the world around us. Humanistic psychologists also reminded us that we need to consider the whole person and the positive bent of human nature. But, this perspectives of psychology has some weakness that they are difficult to test. Self Actualization, for example, is not even clearly defined much less easy to observe.

Perception of self individual is an important thing that we must make and sees. In fact, there are still many people who believes that the process of finding identity was in teens in human development. If we evaluates the theories of self actualization and self esteem, we can conclude that perception of self individual was create in complex process. There are many factors that every people has different chances to perceive him/herself . but, the most important is, how can we make it better in perceiving our self in positives way, the results will be positives.

Referensi

Drs. Sumadi Suryabrata B.A., M.A., Ed.S., Ph.D., Psikologi Kepribadian, PT Raja Grafindo, Jakarta: 2006
John W. Santrock, Psychology : Updated Seventh Edition, McGrawhill International Edition, 2005.
Wade, Carole & Carol Tavris, Psychology 9thEdition, Pearson Education Inc, 2009.


Selengkapnya...

PERAN SERTA BPK DALAM MENGANTISIPASI KORUPSI

PERAN SERTA BPK DALAM MENGANTISIPASI KORUPSI
Enbun Ma’rufah
SMA Negeri 87 Jakarta

Pemerintahan di Indonesia sekarang sudah maju seiring dengan perkembangan zaman, selain itu peraturannya pun disesuaikan dengan kondisi masyarakat masa kini. Untuk menciptakan keamanan dan keadilan maka dibuatlah suatu hukum yang berdasarkan pancasila yang sekarang disebut perundang-undangan. Perundang- undangan tersebut menajabarkan segala peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali, apabila seseorang melanggar maka hukumlah yang akan memberikan sanksi. Akan tetapi pemberian hukum tidak dapat dilakukan oleh berbagai pihak, hanya lembaga-lembaga tetentu saja yang dapat menjatuhkan hukuman bagi seseorang yang melanggar peraturan.Pelanggaran yang banyak terjadi pada pemeritahan saat ini yaitu korupsi. Korupsi sedang menajadi suatu gejala yang sulit dicegah, karena pencegahan korupsi hanya dapat dihilangkan bila setiap orang menyadari akibat yang akan terjadi bila melakukan hal tercela tersebut. Tetapi pada kenyataan yang terlihat korupsi hanyalah perbuatan yang biasa bagi beberapa orang dalam instansi pemerintahan. Padahal pada hakikatnya uang tersebut berasal dari rakyat dan uangnya pun digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan perundang-undangan mengenai pihak yang mengawasi keuangan yang terdapat pada pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat. Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

  1. UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara
  2. UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
  3. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Dalam perundang-undangan tersebut memang dinyatakan bahwa BPK adalah satu-satunya instansi yang memeriksa keuangan negara. Namun, kenyataan yang terjadi sekarang adalah BPK yang seharusnya menjadi pemeriksa keuangan, kini semata-mata dijadikan sebagai formalitas. Kenyataan tersebut telah menyalahi perundang-undangan, yang samestinya dilakukan oleh BPK untuk memeriksa dan bertanggung jawab sepenuhnya mengenai keuangan negara.
Permasalahan yang timbul adalah ketika BPK menetapkan bahwa dalam suatu penyelewengan terdapat tindak pidana padahal yang dapat memutuskan adanya suatu tindak pidana atau tidak adalah KPK dan kejaksaan agung. Hal ini membuat BPK yang seharusnya dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara mandiri menjadi kurang efektif, karena tugasnya dibagi oleh KPK dan kejaksaan agung. Permasalahan BPK juga dikarenakan audit keuangan yang tidak kunjung selesai membuat DPR menunggu lama dan kurang kepercayaan kepada BPK, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor audit yang sistemik dan pencarian data yang membutuhkan waktu yang sangat banyak.
Selengkapnya...

Amerika Mempunyai Senjata Penghancur Dunia

Amerika Mempunyai Senjata Penghancur Dunia !!!
Disadur dari postingan Ricky Ramadhani Mulyana, dalam blog ramadhaniricky.blogspot.com, yg di kutip dari thenoock.com


Ketika membaca artikel di surat kabar mengenai klaim Rusia yang mengatakan bahwa mereka sudah mampu mengendalikan cuaca (meskipun tidak lebih dari 30 menit), saya teringat novel karya John Grisham yang pernah saya baca mengenai pengendali cuaca. Inilah senjata pemusnah massal yang lebih biadab daripada nuklir.

orang pertama yang mengajukan gagasan bom atom pertama yang dipakai dalam meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Kemudian untuk membalas jasa Albert Einstein, Amerika memberikan hadiah nobel dan mengharumkan nama Albert Einstein dengan teori relativitasnya. Kemudian setelah perang dunia II berakhir, Amerika dan Uni Soviet menjadi saingan abadi dalam hal pengembangan teknologi senjata, hingga berujung pada perang dingin. Setelah Uni Soviet pecah, persaingan 2 negara raksasa ini redup. Yang kebanyakan didengar publik hanyalah bagaimana 2 negara ini mati-matian menentang pengembangan teknologi nuklir. Tidakkah anda mempunyai pertanyaan yang sama dengan saya, “Bagaiamana mungkin negara super power tidak mempunyai senjata pamungkasnya? Apakah mereka mati-matian menentang nuklir karena mereka benar-benar takut? Tidak mungkin! Ini Amerika, bung!”

Senjata biadab ini adalah senjata pengendali cuaca.
Mungkin ada yang masih bingung, bagaimana mungkin bermain-main dengan hujan-panas-salju-semi bisa menjadi senjata pamungkas? Kan kalau musim salju, tinggal pakai jaket, beres?! Nah! Bayangkanlah jika suatu negara mampu mengendalikan dimana akan terjadi badai, hujan, tsunami, bahkan kekeringan. Semua negara akan tunduk pada mereka. Mereka mampu memonopoli devisa, menentukan negara mana yang penduduknya mati kekeringan, mana yang penduduknya mati kelaparan, mati karena gempa bumi, mana yang mati karena tsunami bahkan mana yang penduduknya mati karena tornado (bukan tidak mungkin di Indonesia akan terjadi tornado dengan alat ini). Bandingkanlah dengan nuklir, dampak dari nuklir membuat orang langsung mati, kemudian kalau ada yang masih hidup akan terkena bahaya radiasinya. Hanya itu, tidak ada yang namanya mati kelaparan, mati kekeringan, mati terhempas tornado, atau mati terkena tsunami.

”Perjanjian PBB Membuktikan Bahwa Pengendali Cuaca Nyata! Perjanjian PBB yang ditandatangani pada tanggal 10 Oktober 1976 adalah bentuk pengendalian PBB terhadap senjata biadab ini. Pada tahun 1975, Amerika adalah satu-satunya negara yang sebenarnya harus menandatangani perjanjian ini.

Sekarang, mari kita dengarkan pernyatan lebih lanjut Senator Clairborne Pell.

”Kami membutuhkan perjanjian itu sekarang untuk mencegah aksi-aksi seperti ini. Sebelum para pemimpin militer dunia mulai mengendalikan badai, memanipulasi cuaca dan memicu gempa bumi untuk melawan musuhnya. Ide dasar peperangan lingkungan ini sangat sederhana; jika suatu negara dapat mempelajari bagaimana cara memicu terjadinya bencana alam yang dapat mengakibatkan kerusakan parah terhadap musuh melalui hujan, banjir, gelombang pasang, gempa bumi, dan bahkan perubahan iklim yang dapat menghancurkan pertanian negara musuh”.

”Ini mungkin terkesan berkhayal untuk berpikir bahwa ide fiksi ilmiah seperti membuat gempa bumi, mencairkan es kutub, merubah alur arus air hangat laut, atau merubah cuaca di wilayah pertanian musuh. Tetapi dalam teknlogi militer, fiksi ilmiah dewasa ini merupakan strategi nyata masa depan. Selain kemungkian terjadi kengerian belaka, perang lingkungan tak terkendali, saya percaya ada alasan terpaksa mengapa hal ini harus dilarang. Sekarang kita mengetahui atau seharusnya mengetahui, bahwa tak ada negara yang dapat mempertahankan monopoli teknlogi perang baru. Jika kami dapat mengembangkan teknik perang cuaca, negara adikuasa lainnya pun dapat melakukannya. Pengalaman mengajarkan bahwa senjata yang membuat kami merasa aman kini akan membuat kami sangat tidak aman, dan tentunya ketika musuh kami memiliki kemampuan yang sama. Kini saatnya untuk beraksi hingga kami tak harus lagi mengkhawatirkan negara-negara saling mengirim badai.”, sambung Senator Clairborne Pell.

Secara ringkas, Pell mengatakan Senjata Cuaca menyebabkan bencana sebagai berikut:

Hujan - yang menyebabkan banjir-ingatkah Anda banjir yang belum pernah terjadi tahun 1993 di Timur-Tengah? Sesungguhnya, beberapa negara Timur Tengah telah dinyatakan Daerah Bencana tiga kali dalam lima tahun terakhir. Pertanian di sana pasti sudah sangat rusak.

Gelombang Pasang – Apakah Anda ingat Gelombang Tsunami besar yang mengenai Papua New Guniea pada 10 Juli 1998?

Gempa Bumi – Kemampuan seperti ini berarti bahwa ilmuwan dari tempat yang jauh pun dapat merekayasa terjadinya gempa bumi, kapanpun dan seberapa dahsyat yang mereka inginkan. Satu hal bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah rawan gempa seperti California dan berpikir bahwa mereka “akan menjadi korban gempabumi” yang akan membunuh mereka. Akan tetapi masalahnya lain, tentu saja mereka yang bertempat tinggal di daerah rawan gempa dipahami bahwa mereka tinggal seolah-olah di ujung laras senjata pemburu! Tentunya “senapan” yang diarahkan ke arah mereka bukanlah senapan sewajarnya, akan tetapi senjata Pengendali Cuaca yang dapat membat gempa bumi kapanpun dan dimanapun mereka inginkan, dan seberapa dahsyat yang diingkannya.

Perubahan Iklim – yang dapat menghancurkan pertanian negara musuh” - Telah dijelaskan bahwa salah satu tindakan paling dahsyat yang dicantumkan di dalam Perjanjian PBB mengenai larangan menghancurkan “biota” sebuah negara. Kata “biota” mengacu pada “fauna dan flora bagian suatu daerah yang dianggap sebagai kesatuan ekologi”. Dengan kata lain, kemampuan Pengendali Cuaca ini dapat memusnahkan seluruh sistem ekologi! Pembeberan rahasia ini sangatlah mengejutkan! Jika tujuan para ilmuan memanfaatkan senjata cuaca ini adalah untuk membasmi peradaban, tampaknya mereka dengan mudah dapat melakukannya!

Karena kini kita telah mendengar kabar yang mengerikan dari Senator Pell, mari kita menguji berita lainnya yang mungkin dapat melihat kemampuan lain Perang Cuaca.

Artikel New York Times, 5 Juni 1977, memberitakan gempa bumi dahsyat yang menghancurkan Tangshan, Cina pada 28 Juli 1976 dan membunuh lebih dari 650,000 orang.

”Tepat sebelum getaran pertama pada pukul 03:42, langit terlihat seperti pada siang hari. Sebagian besar cahaya itu berwarna putih dan merah terlihat hingga 200 mil. Daun-daun di pohon terbakar dan sayuran hangus hanya di satu bagian, seperti terkena bola api. “

Beberapa penyelidik mempercayai bahwa efek elektrik ini berhubungan dengan elektromagnetik plasma dan bola kilat serta susunan cahaya aneh yang dihasilkan dari Tesla-styletechnology dan /atau transmisi sejenis lainnya.

Apakah gempa bumi ini hanya sebuah percobaan (dari) sistem yang dilakukan terhadap masyarakat Cina yang tidak mencurigakan? Gempa ini jelas tidak terlihat seperti bencana gempa bumi alami. Banyak ilmuan melaporkan melihat cahaya petir tak biasa dan bola cahaya, biasanya berwarna biru, yang juga terlihat di banyak bencana cuaca sebelumnya.

Permainan politik terkini, gempa bumi dahsyat menewaskan 650,000 orang, mungkin hanyalah sebuah peringatan dari Amerika Serikat untuk Cina, bahwa AS mengendalikan teknologi yang dapat memusnahkan negara Cina. Cina paham Amerika Serikat dapat menghancurkan negaranya tanpa perlu menginjakkan kaki di negaranya. Cina menyadari bahwa mereka tidak memiliki senjata untuk membalas serangan Senjata Cuaca ini. Tindakan seperti ini (akan) menghasilkan “Real-Politic” yang akan dibanggakan oleh Paman Sam.

Barisan awan spesifik kimiawi ini sedang dipengaruhi oleh dua buah perangkat gelombang radio. Ketika gelombang turun dari langit menghantam awan, terlihat awan pecah terpisah dengan sangat rapi; membuktikan bahwa sesuatu dari atas (selain dari pada angin) mempengaruhi wilayah tertentu di Cina.

Singkatnya, Senjata Cuaca ini adalah menyangkut energi. Badai manapun mengeluarkan sejumlah energi elektrik yang luar biasa, jadi ilmuan menemukan bahwa dengan mengirimkan energi elektrik dalam jumlah besar ke atmosfer, mereka dapat mengontrol cuaca, bahkan dapat mengarahkannya kemanapun yang mereka inginkan. Tetapi, kami akan membahas askpek ini dalam rincian teknik berikutnya.

“Pentagon & Kremlin Mempermainkan Cuaca Dan Memberi Kita Badai Dan Banjir”, oleh L. Ponte, Peneliti Pentagon, Star Magazine, Juli. 1982.

”Ponte mengakui bahwa Soviet telah menemukan kemajuan dalam menekukkan semua arus uap air penting yang melintasi Siberia untuk menetapkan pola angin global. Dengan menggunakan perangkat peledak dalam alat arus uap air, ilmuwan sedang mencoba memasukkan dan mengeluarkan dalam sebuah gelombang yang dapat menggantikan musim dingin yang kaku di Siberia dengan udara yang lebih ringan dari selatan”.

”Peneliti percaya bawha arus uap air dapat ditetapkan pada gelombang yang konstan/tetap. “Arus uap air dapat diubah untuk memusnahkan panen gandum di Midwest atau di belahan dunia manapun”, ucap Ponte. “Dengan kekuatan seperti ini, Siberia dapat berbunga dan seluruh dunia akan kekeringan.”

Pekerjaan yang mereka lakukan sangatlah serius, Ponte tidak dapat mengenyampingkannya fakta yang menyebabkan rekor musim dingin tahun lalu. Soviet juga mempertimbangkan untuk menggunakan perangkat untuk mengahancurkan dasar sungai untuk merubah arusnya. “Merubah arus akan membantu pencairan di Laut Arktik”, kata Ponte. “Dan pencairan kantong es dapat menyebabkan banjir di seluruh dunia dan merubah pola cuaca.”
Saya sudah bergaul hingga larut malam dengan Google, dan menemukan fakta yang fantastis. Amerika juga sementara ‘bermain’ dengan teknologi pengendali cuaca mereka. Tujuan pengembangan teknologi mereka diperhalus, sehingga relatif tidak tersentuh dengan perjanjian PBB mengenai pengendali cuaca. Pada situs resmi dari pengendali cuaca Amerika ini dikatakan bahwa tujuan dari program ini adalah untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer, dengan penekanan khusus pada kemampuan untuk memahami dan menggunakannya untuk meningkatkan komunikasi dan sistem pengawasan baik untuk tujuan sipil dan pertahanan.

Amerika menamakannya HAARP!
Apa itu HAARP?
HAARP merupakan singkatan dari High Frequency Active Auroral Research Program. Jika diartikan mungkin kurang lebih adalah Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi.
Mungkin dari namanya terlihat penekanan pada penelitian, tapi perlu dicatat, proyek ini tidak dibangun salah satu universitas Amerika yang berkompeten di bidang ini. Proyek ini didirikan dan dijalankan langsung oleh Angkatan Udara Amerika di Alaska.
Proyek ini mulai didirikan pada tahun 1990 dan masih berlangsung hingga sekarang. Jika pada tahun 1970-an Amerika mencoba mengendalikan cuaca dengan cara menembakkan ion ke atmosfer bumi lewat satelit mereka, kini mereka tinggal menembakkan ion langsung ke atmosfer langsung lewat bumi.

Selengkapnya...